Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Seks Di Hari Libur

Ceramah tentang seks. Diikuti sekitar 20 remaja di Wisma Pancaraya, Menteng. Anak-anak ternyata merasa butuh juga pendidikan seks. Sebagian besar orang tua tak bersedia menjelaskan itu.

5 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG remaja pria terbirit-birit ke luar ruangan, ketika diputarkan film tentang proses kelahiran bayi. Ia memegangi perutnya -- mau muntah. Acara yang sedang berlangsung 'Omong-omong tentang Seks' --pekan lalu, selama dua hari di Wisma Pancaraga, Menteng, Jakrta. Kegiatan yang diselenggarakan PKBII (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), GRK (Gerakan Remaja untuk Kependudukan) dan Wisma Pancaraga itu diikuti sekitar 20 remaja -- sebagian besar putri dan menampilkan penceramah antara lain Dr. Sarlito Wirawan dan dr. Kartono Mohamad. Dan para peserta yang harus membayar Rp 3 ribu ini nampak serius. "Ingin tahu seluk-beluk seks dengan jelas, agar nanti sebagai istri bisa mengatur keluarga," kata Anna, yang baru lulus SMA Theresia. Seorang yang lain, Diana Sutedjo, yang menyarakan kenal istilah 'seks' sejak SMP, mengaku didorong ibunya ikut serta dalam acara ini. "Ibu sendiri tak mau menjelaskan, meski ditanya," tambahnya pula. Pertanyaan mereka pun banyak yang unik. Antara lain mengapa pil KB membuat gemuk badan. Kapan janin mulai bernapas. Mengapa pemakaian spiral bisa menyebabkan perdarahan. Pokoknya, mereka ingin tahu selukbeluk seks dan proses kelahiran, meski di situ juga diberikan penerangan tentang 'keluarga kecil'. GRK, berdiri Maret 1979, merupakan himpunan remaja usia 16-25 tahun. Salah satu tujuannya menyadarkan pentingnya masalah lingkungan hidup dan kependudukan. Wisma Pancaraga, semacam biro penasihat perkawinan, pengangkatan anak dan semacamnya juga sekaligus klinik KB. Sedang PKBI adalah perkumpulan KB yang sudah aktif sebelum BKKBN. Ketiganya merencanakan mengadakan acara semacam ini secara rutin, setiap masa liburan. Kesetiaan Cinta "Ada kecenderungan meningkatnya 'kecelakaan' (hamil sebelum nikah red) di Ibukota," kata Ny. Nuke Slamet dari PKBI, salah-seorang penceramah. "Salah satu tujuan ceramah ini untuk mencegah hal itu." Maka antara lain diberikan juga crramah rentang penggunaan alat kontraseptik, juga pil KB. Tak berarti ceramah ini menganjurkan hubungan seks sebelum nikah. "Hubungan seks sebelum menikah, menjadikan kesetiaan cinta si pelaku harus diragukan," kata Dr. Sarlito Wirawan, ahli psikologi, dalam ceramahnya. Karena itu Sarlito menganggap cara ini bagaikan "memberikan imunisasi --kalau ada penyakit tak ikut terserang " Itu maunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus