Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ide Barat Dalam Dirimu

Seminar ide-ide barat & pendidikan tinggi di Asia tenggara, di adakan di Hotel Indonesia oleh Perhimpunan Perguruan Tinggi se-Asia Tenggara. Barat memang sudah "kemana-mana".

5 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACAP terjadi, seorang anak muda yang pintar tak betah di universitas. Ia menganggap lembaga pendidikan tinggi itu paling jauh hanya mencerak "rukang"--sementara berbagai persoalan tak bisa dipecahkan dengan disiplin model itu. Daoed Joesoef, Menteri P & K, dalam pidatonya pada pembukaan seminar 'Ide-ide Barat dan Pendidikan Tinggi di Asia Tenggara' (Hotel Indonesia, Jakara, 26-28 Juni), juga menyebut soal keterbatasan universitas itu. Misalnya "Perkawinan antara pemikiran abstrak dan metode-metode kuantitatif," dalam kehidupan keilmuan dan pendidikan tinggi di Barat, "menghasilkan mentalitas terbatas yang khas"--yang bisa sangat bagus untuk semacam penelitian laboratorium, tapi gagal "bila kenyataan sosial-politik yang harus dipahami." Tetapi seminar, yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Perguruan Tinggi seAsia Tenggara (Association of Soutbeast Asian Institutions of Higher Learning-ASAIHL) tidak memberikan titik berat pada masalah-masalah mendasar seperti dicontohkan di atas. Atau seperti yang juga disebut Daoed Joesoef betapa spesialisasi yang ketat memang sesuai dengan struktur masyarakat sarat yang terkotak-kotak--dan betapa penyebaran ilmu dan teknologi "bebas nilai" menyebabkan dipisahkannya 'cara' dari 'tujuan', 'bentuk' dari 'isi'. "Lulusan Universitas cenderung berpikir adalah tanggung jawab moral bisa dilemparkan kepada orang lain dan disiplin lain." Para peserra dari ncgara-negara ASEAN itu, yang melemparkan 25 kcrtas kerja (terbanyak dari Malaysia) rupanya dihardik oleh kenyaraan yang lebih mudah nampak banyaknya hal-hal dalam pendidikan universitas (yang merupakan hasil adaptasi dari barat itu) yang kurang relevan dengan kebutuhan riil kita. Bagaimana insinyur lulusan universitas lebih suka disain bangunan model Barat, misalnya. sagaimana seorang dosen ekonomi menyebut Chase Manhattan Bank di New York untuk memberi contoh bank yang baik, sementara di dekat universitasnya ada bank yang bagus. Semua itu, teknis, banyak berhubungan dengan misalnya soal penerbitan buku teks sendiri. Seperti ditulis Kasem Prabriputalon dan Vira Chankong dari Universitas Khon Kaen, Muangthai. "kerja riset mesti digalakkan" dalam proyek itu. Tentu, buku teks hanya sebagian dari problem universiras "sarat" kita. Seperti dikatakan Prof. Mahar Mardjono, Rektor UI kepada TEMPO, kebutuhan untuk menilai kembali isi dan struktur universitas kita sebenarnya "sudah lama dirasakan". Bahkan, sebagai perbandingan, bisa dirasakan oleh lembaga pendidikan tinggi di kalangan Islam--yang biasanya tidak dianggap ambilan dari Barat. Pada hal seperti dikatakan Dr. Harun Nasution, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah (Jakarta) di rumahnya, "Barat" dalam pendidikan tinggi Islam paling mudah dilihat pada spesialisasi tadi pembagibagian ilmu agama ke dalam berbagai jurusan. Ini mula-mula dilakukan oleh misalnya Al-Azhar di Mesir, universitas tertua di dunia, pada sekitar pertengahan abad ini--karena meniru sarat. Dengan itu para lulusan menjadi sama dtngan alumm umversItas profan sarJana yang kurang mampu menjawab masalah (agama) secara utuh. Itu pula yang terjadi dengan IAIN. Lebih lagi ditukarnya sistem kredit (balqah) oleh Al-Azhar, sistem yang secara khas tetap dipertahankan di pesantren kita, dengan sistem semester. Tapi seminar ASAIHIL (dibentuk 1960-an), sebuah pertemuan formal dan periodik, memang tak bermaksud mengambil keputusan. Kertas kerja itu pun umumnya hanya mengidentifikasi masalah. "Diharap yang hadir memikirkan sendiri persoalan yang muncul," kata Dr. Harsja sachtiar, Dekan FS-UI yang mengusulkan topik "Ide Barat" ini dalam rapat pengurus ASAHI. Di Canberra tahun lalu. Sebab, meski masalahnya bukan baru, sebenarnya "belum banyak kalangan akademis yang menyadari pentingnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus