Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keterbatasan fungsi tubuh pada ibu penyandang disabilitas terkadang menjadi sebuah tantangan bahkan penghalang dalam proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi mereka. Lantaran itu perlu beberapa tindakan sebagai solusi yang dapat diterapkan kepada ibu disabilitas saat menyusui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelitian terhadap tiga ibu dengan disabilitas fisik tetraplegia, menemukan bahwa menyusui dapat dipertahankan dengan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi pelepasan ASI, seperti imajinasi mental, teknik relaksasi yang diterapkan, dan semprotan hidung oksitosin. Sebelumnya tetraplegia yaitu kelumpuhan yang memengaruhi lengan, tangan, kaki, dada, dan perut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Selain itu perlu adanya informasi mengenai adaptasi menyusui atau bagaimana faktor disabilitas seseorang dapat mempengaruhi proses menyusui," tulis peneliti laktasi, Erin E Andrews, seperti yang dikutip dari jurnal kesehatan PMC, Rabu 20 November 2024.
Solusi terhadap halangan menyusui ini juga dapat dilakukan menggunakan alat bantu adaptasi, pompa ASI, atau bantuan orang lain untuk memfasilitasi menyusui. Bahkan pembelajaran menyusui juga perlu diperkenalkan kepada juru bahasa isyarat agar dapat memfasilitasi proses menyusui ibu dengan disabilitas pendengaran.
Sebuah studi yang diterbitkan American Journal of Public Health pada Januari 2024 mengungkap, inisiasi menyusui dini bagi ibu yang menyandang disabilitas 60 persen lebih rendah dari pada ibu yang tidak mengalami kondisi disabilitas. Hal ini lantaran ibu dengan disabilitas menghadapi tantangan tambahan untuk menyusui daripada mereka yang tidak memiliki disabilitas.
Dalam penelitian tersebut sebanyak 39.600 ibu disabilitas di 24 wilayah Amerika Serikat mengalami kesulitan dan tidak mampu untuk menyusui bayi mereka yang baru lahir. Rata-rata ibu disabilitas ini menyandang jenis ragam sensorik dan fisik yang tidak memungkinkan mereka untuk dapat mengurus bayi mereka secara intensif.
Terlepas dari kondisi disabilitas, kurangnya inisiatif ibu disabilitas memberikan ASI kepada bayi mereka juga dilatarbelakangi oleh banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan, dukungan keluarga dan sosial yang buruk, kurangnya waktu cuti menyusui dan dukungan laktasi di tempat kerja, masalah laktasi, norma sosial, rasa malu, dan layanan kesehatan. "Responden penyandang disabilitas cenderung tidak menerima informasi menyusui dari penyedia layanan kesehatan dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki disabilitas. Penyedia layanan kesehatan mungkin memerlukan sumber daya tambahan untuk mendukung wanita yang memilih untuk menyusui, terlepas dari disabilitasnya," kata peneliti laktasi Stephanie Ramer dalam American Journal of Public Health.
CHETA NILAWATY