Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Suprapto Yang Dari Nganjuk

Pengangkatan Suprapto sebagai gubernur Bengkulu di protes beberapa organisasi yang menghendaki putera daerah sebagai gubernur. Suprapto berhadapan dengan tantangan pembangunan cukup berat. (dh)

28 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROTES beberapa organisasi perantauan Bengkulu rupanya mereda. Lebih-lebih setelah pelantikan Suprapto (49 tahun) sebagai Gubernur Bengkulu pertengahan bulan ini. Organisasi-organisasi yang memprotes itu umumnya meminta agar pengganti Gubernur Khalik (yang digantikan Suprapto) terdiri dari putera daerah asli (Bengkulu) dan "dikenal luas oleh masyarakat daerah ini." Bagi Suprapto barangkali protes itu tak begitu menherankan. Ia sendiri sebelumnya adalah Bupati Nganjuk (Jawa Timur) selama 10 tahun. Tak mustahil masyarakat Bengkulu tak mengenalnya, bahkan mendengar namanyapun mungkin tidak. Tapi di Nganjuk, juga Jawa Timur, Suprapto dikenal sebagai "bupati bimas". Karena pola bimasnya berhasil dijadikan pola bimas secara nasional. Sawah di Bengkulu memang sedikit. Tapi, "dia memang disuruh bikin sawah di sana," -- seperti kata sumber TEMPO di Pemda Jawa Timur. Menurut rencana sekitar 100.000 ha sawah akan dibuka di Bengkulu selama Pelita III ini. Malahan daerah ini banyak disebut sebagai calon Lampung kedua -- propinsi yang paling banyak penduduk pendatang. Gubernur Bengkulu yang baru ini memang tak banyak janji bagi masyarakat Bengkulu. Tapi melihat daerah yang masih banyak diselimuti hutan itu, ia bertekad untuk mencegah penggundulan. "Soalnya saya sudah merasakan bagaimana sulitnya melakukan penghijauan," katanya kepada TEMPO. Tak kalah berat dari membuka sawah dan memelihara hutan, tugas penting Suprapto yang lain agaknya adalah mempersiapkan daerahnya untuk menampung kedatangan transmigran. Sebab daerah ini termasuk yang akan banyak menampung transmigran dalam masa-masa mendatang. Namun di atas semua itu, Suprapto harus banyak menembus wilayah-wilayahnya yang tak sedikit masih terisolir. Sebab Bengkulu dikenal juga sebagai salah satu propinsi yang mempunyai sarana perhubungan paling buruk di Sumatera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus