Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Surat kaleng buat "imperialisme"

Kedubes as, inggris, italia dan prancis di indonesia, mendapat ancaman dari yang mengaku sebagai "jihad islam". (nas)

7 April 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUAH amplop surat putih polos, alamat tertulis tangan, sempat membuat panik warga negara asing di Jakarta. Surat tanpa alamat pengirim itu, akhir Maret lalu, dikirim ke kedubes (kedutaan besar) Inggris, Italia, Prancis, dan Amerika Serikat. Isinya: ancaman bagi keselamatan semua warga negara bangsa itu di mana saja dan kapan saja. Pengirimnya - seperti tertulis di dalamnya - mecngaku sebagai "Jihad Islam", akan menghabisi nyawa mereka tanpa pandang bulu. "Tugas suci kami adalah membalas dendam demi penderitaan dan darah yang tertumpah dari sesama Muslim," demikian bunyi surat itu. Diketik rapi dalam bahasa Inggris, surat yang diposkan di Jakarta itu menuduh Inggris, Italia, Prancis, dan AS sebagai "imperialis pembantai". Mereka dianggap sebagai dalang pembunuhan ribuan orang Islam dengan keterlibatannya dalam kemelut Timur Tengah di Libanon dan Palestina. "Sejak sekarang, Anda, istri Anda, dan anak-anak Anda jangan berharap bisa hidup tenteram di bumi Muslim," kata surat itu. "Kami sanggup menghancurkan Anda di mana pun." Surat ancaman itu juga mengingatkan insiden pemboman kedubes mereka di Beirut dan Kuwait beberapa waktu lalu. Karena sasarannya bukan hanya para diplomat, kedubes AS di Jakarta, yang menerima surat itu 23 Maret petang, langsung mengirimnya ke Jakarta International School (JIS). Clarence L. Dilt, kepala sekolah untuk anak-anak orang asing di Jakarta itu, langsung membuat surat edaran untuk staf pengajar dan orangtua murid, Iengkap dengan kutipan surat "Jihad Islam" itu. "Perkara ini harus ditangani secara serius," tulis Dilt pada akhir suratnya dengan huruf besar. Agaknya, ancaman semacam itu tidak dianggap enteng Kedubes Inggris dan Prancis meminta polisi untuk memperkuat penjagaan di kantor. Sementara itu, beberapa polisi berpakaian preman dan dinas juga kelihatan berjaga-jaga di beberapa kediaman diplomat empat negara yang diancam itu. Kedubes AS, misalnya, mengakui sistem pengamanan kantornya selama ini cukup rapi. "Walau kami tidak meningkatkan pengamanan lagi, kami kini lebih waspada," kata Gerald E. Huchel, atase pers. Bagi kedubes Prancis, yang pernah dibom di Kuwait, ancaman semacam itu bukanlah main-main. "Kami menganggapnya serius," kata M. Freymuth. Kedubes Prancis diJalan Thamrin, menurut Sekretaris I itu, telah meminta jaminan pihak keamanan Indonesia untuk melindungi warganya. "Kami telah mendapatkan tanggapan yang baik," kata Freymuth . Agaknya, peningkatan pengamanan itu berkaitan erat dengan ancaman serupa di negara lain. "Pada pekan yang sama, surat semacam itu juga diterima kedubes kami di Tunisia dan Mesir," kata Huchel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus