Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Survei Kemenag: 81 Persen Masyarakat Jadi Lebih Religius Saat Pandemi Covid-19

Kepala Balitbang Diklat Kemenag Achmad Gunaryo mengatakan masyarakat Indonesia semakin religius di masa pandemi virus corona. Ini hasil surveinya.

22 Juli 2021 | 12.48 WIB

Umat saat pelaksanaan ibadah salat Jumat berjamaah di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat atau Masjid Agung di Bandung, 2 Juli 2021. Sebagian masjid meniadakan ibadah salat Jumat terkait terus meningkatnya penularan Covid-19. TEMPO/Prima Mulia
Perbesar
Umat saat pelaksanaan ibadah salat Jumat berjamaah di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat atau Masjid Agung di Bandung, 2 Juli 2021. Sebagian masjid meniadakan ibadah salat Jumat terkait terus meningkatnya penularan Covid-19. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan Kementerian Agama Achmad Gunaryo mengatakan masyarakat Indonesia semakin religius di masa pandemi Covid-19. Hal ini tertuang dalam hasil survei yang dilakukan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Survei kami lakukan secara daring, pada 8-17 Maret 2021. Ditemukan, mayoritas responden merasa semakin religius (taat beragama) sejak mereka mengalami/menjalani pandemi Covid-19. Nilainya mencapai 81 persen," kata Gunaryo saat menjadi narasumber pada Mejelis Reboan Diskusi Kebijakan Keagamaan, dikutip dari laman resmi Kemenag, Kamis, 22 Juli 2021.

 

Sebanyak 97 persen responden merasa keyakinan/keberagamaan secara psikologis membantu dalam menghadapi wabah penyakit Covid-19 dan dampaknya.

 

Survei ini melibatkan 1.550 responden yang terdiri dari para penderita Covid-19, penyintas, serta masyarakat di 34 provinsi yang cukup tersebar dan sebangun dengan populasi masyarakat Indonesia.

 

Metode penelitian menggunakan accidental sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Selanjutnya mengumpulkan informasi kualitatif dengan wawancara terhadap 20 responden terpilih via telepon.

 

Secara rinci, menggunakan teori dan instrumen FICA Spiritual History Tool yang dikembangkan Puchalski (1996), sejumlah temuan atas pertanyaan dalam survei ini adalah sebagai berikut:

 

  1. Responden yang sangat setuju dan setuju jika Covid-19 memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan sebanyak 55,1 persen.
  2. Respondem yang merasa pandemi Covid-19 yang berlangsung lama membuat mereka menemukan makna hidup sebanyak 61,6 persen.
  3. Mayoritas responden (81 persen) merasa semakin religius atau taat beragama sejak pandemi Covid-19.
  4. Mayoritas responden (97 persen) merasa keyakinan/keberagamaan mereka membantu (secara psikologis) mereka menghadapi Covid dan dampaknya.
  5. Sebanyak 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.
  6. Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4 persen) merasa mendapat dukungan mental-spiritual dari pemuka agama dan komunitas agamanya.
  7. Saat isolasi atau menyendiri, ragam aktivitas dilakukan adalah: Sebanyak 56,3 persen mendengar atau membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 persen zikir atau Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus. Hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi ini.

 

VALMAI ALZENA KARLA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus