Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus korupsi Hambalang rupanya tak mengusik Fine Sualang dan Yen Santosa. Dua warga Kelurahan Malalayang, Kecamatan Malalayang, Manado, itu tetap mencoblos calon legislator dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Olly Dondokambey, pada pemilihan umum legislatif 9 April lalu.
Keduanya mencoblos gambar Olly meski calon legislator inkumben itu diduga terlibat perkara korupsi pembangunan pusat olahraga Hambalang. "Pak Olly banyak menyumbang warga," kata Fine memberi alasan pada Rabu pekan lalu.
Dari hasil penghitungan Panitia Pemungutan Suara Kelurahan Malalayang, Bendahara Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu meraih suara terbanyak, yakni 776. Ia mengungguli Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan, calon dari Partai Demokrat. Hasil penghitungan suara Panitia Pemilihan Kecamatan Malalayang setali tiga uang. Olly menang di basis Partai Demokrat itu dengan meraih 5.350 suara-tetap unggul atas Mangindaan.
Perkara korupsi Hambalang sebenarnya menyentuh ibu kota Sulawesi Utara itu. Komisi Pemberantasan Korupsi menggeledah tiga rumah orang tua Olly pada 27 September 2013. Dua rumah yang digeledah berada di Manibang, Malalayang, sedangkan satu rumah lain berada di Desa Kolongan, Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Penyidik memboyong dua set meja ke kantor Komisi di Kuningan, Jakarta Selatan.
Dalam kasus rasuah ini Olly diduga kecipratan fulus Rp 2,5 miliar. Namanya disebut dalam dakwaan Deddy Kusdinar, pejabat pembuat komitmen, dan Teuku Bagus Mohammad Noor, Direktur Operasional PT Adhi Karya. "Kami tak peduli pada isu tersebut, yang menurut kami hanya untuk menjatuhkan Pak Olly," ujar Fine.
Sarifuddin Ula, warga Kelurahan Tikala Ares, dan Marlayni, warga Kelurahan Banjaer, berpendapat sama. Kedua teman sepermainan Olly semasa kecil ini punya alasan sendiri memilih Olly. "Meskipun sudah jadi pejabat, Olly tetap menyapa kami."
Wakil Ketua PDIP Sulawesi Utara Steven Kandouw yakin partainya meraup banyak suara karena efek positif Olly. Hasil penghitungan sementara di lingkup internal PDIP berdasarkan formulir C1-lembaran tempat menuangkan perolehan suara calon legislator-Olly meraih 180 ribu suara di tiga kota, yaitu Manado, Tomohon, dan Minahasa. Di seluruh Sulawesi Utara, ada 400 ribu pemilih yang mencoblos gambar Olly. "Kami bakal mendapat dua kursi DPR, milik Olly dan Vanda Sarundajang," kata Steven.
Tiga kolega Olly di Senayan tak bernasib sama. Dua calon dari Demokrat, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie dan Ketua Komisi Energi Sutan Bhatoegana, serta Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dari Golkar diperkirakan tak lolos lagi ke Senayan.
Ketiganya memiliki persoalan serupa, yakni dituding terlibat kasus rasuah yang sedang ditangani KPK. Nama Marzuki muncul dalam kasus korupsi Hambalang dengan tersangka mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Wakil Ketua Majelis Tinggi Demokrat ini ditengarai menerima uang Rp 250 juta dari rekanan Hambalang, PT Adhi Karya. Duit ini sejatinya untuk memuluskan Adhi Karya mendapat proyek pembangunan gedung baru DPR pada 2010, tapi oleh Adhi Karya pengeluaran ditalangi melalui dana Hambalang. Marzuki sudah diperiksa KPK, tapi ia membantah tuduhan itu.
Sutan Bhatoegana diduga terlibat suap mantan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini, terpidana 10 tahun penjara. Sutan dan rekan-rekannya di Komisi Energi disebut menerima fulus hingga US$ 140 ribu dari SKK Migas serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Selain itu, ia disebut dalam kasus rasuah solar home system pada 2008 dengan terpidana Ridwan Sanjaya, pejabat pembuat komitmen. Ketua Demokrat bidang perekonomian ini menampik keterlibatannya dalam kedua kasus itu.
Adapun Priyo Budi Santoso berkali-kali muncul dalam persidangan terdakwa kasus korupsi pengadaan Al-Quran, Zulkarnen Djabar, kini terpidana 15 tahun penjara. Anak buah Priyo di Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), organisasi sayap Golkar, Fahd El Fouz, juga dijadikan tersangka. Fakta di persidangan menguatkan keterlibatan Priyo, tapi ia membantah terlibat.
Marzuki bertarung di daerah pemilihan DKI Jakarta 3, yang meliputi Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Di tempat ia mencoblos, Tempat Pemungutan Suara 90 Gading Griya Lestari, Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, Demokrat hanya mendapatkan 13 suara dan cuma 10 pemilih yang mencoblos gambar Marzuki. Di TPS yang mayoritas pemilihnya buruh pabrik itu PDIP meraih suara terbanyak dengan 119 suara dari total 205 pemilih, disusul Gerindra dengan 27 suara. "Saya tidak kenal Marzuki sehingga tidak memilihnya," ucap Ahmad, seorang buruh di Sukapura.
Perolehan suara Marzuki memang sejalan dengan menurunnya perolehan suara Demokrat di Ibu Kota pada pemilu tahun ini. Berdasarkan hasil hitung cepat Saiful Mujani Research & Consulting, Demokrat hanya meraih 6,9 persen suara. Dengan bilangan pembagi pemilih berkisar 12,4 persen, diperkirakan Demokrat tidak kebagian satu pun kursi dari delapan kursi di DKI Jakarta 3. Di daerah pemilihan ini, Marzuki bersaing dengan sejumlah calon inkumben yang populer, seperti Tantowi Yahya dari Golkar, Adang Daradjatun dari Partai Keadilan Sejahtera, dan Effendi M.S. Simbolon dari PDIP.
Marzuki mengakui perolehan suaranya menurun dibanding Pemilu 2009 karena ia tak berkampanye. Ia mengaku cuma membantu calon legislator provinsi dengan membuatkan atribut kampanye. "Saya hanya minta pilih Demokrat nomor 7 (nomor partai), tidak pernah meminta pilih nomor 1," ujarnya pada Rabu pekan lalu. Marzuki adalah calon legislator DPR nomor urut 1 dari Demokrat di DKI Jakarta 3.
Marzuki mengatakan sudah mempersiapkan diri kembali ke habitatnya sebagai pebisnis bila tak terpilih lagi. "Saya juga akan membantu partai agar kembali bisa berjaya pada 2019," katanya.
Peluang Priyo di daerah pemilihan Jawa Timur 1 (Sidoarjo dan Surabaya) juga pupus karena perolehan suara rekan separtainya, Adhies Kadir, yang berada di nomor urut 5, jauh lebih banyak. Sekretaris Posko Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu Golkar Jawa Timur Aan Ainurrofiq mengatakan partainya hanya mendapat satu kursi dari total sepuluh kursi di daerah pemilihan ini. Hasil hitungan sementara lingkup internal partainya, Adhies meraih 15 ribu suara, sedangkan Priyo 6.511 suara. "Ini baru di 4.298 TPS se-Surabaya, sedangkan Sidoarjo belum masuk," ujar Aan.
Sutan Bhatoegana, yang bertarung di Sumatera Utara 1, diperkirakan bernasib sama dengan Priyo dan Marzuki. Ia kalah bersaing dengan rekan separtainya, Ruhut Poltak Sitompul dan Abdul Wahab Dalimunthe. Calon legislator DPR dari Demokrat di daerah pemilihan ini sebagian besar inkumben, seperti Ruhut, Sutan, Sri Novida, Ramadhan Pohan, Jafar Nainggolan, dan Dalimunthe.
Kecuali Ruhut, para inkumben tadi dipastikan tidak terpilih kembali. Pada Pemilu 2009, Demokrat meraih empat kursi daerah pemilihan ini. "Mungkin kami hanya mendapat satu kursi," kata Direktur Eksekutif Demokrat Sumatera Utara Borkat Hasibuan pada Kamis pekan lalu.
Sutan mengatakan perolehan suaranya belum tentu kalah dari Ruhut karena belum ada keputusan resmi Komisi Pemilihan Umum. Tapi Ronaldo Naibaho dari tim pemenangan Ruhut mengatakan wajar perolehan suara jagoannya melebihi perolehan Sutan. "Menjual Ruhut lebih mudah ketimbang Sutan," ucapnya.
Rusman Paraqbueq, Isa Anshar Jusuf (Manado), Edwin Fajerial (Surabaya), Sahat Simatupang (Medan)
Mereka Bisa Kehilangan Kursi
1. Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional, Daerah Pemilihan Jawa Tengah 7 (Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen).
2. Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Daerah Pemilihan Jawa Tengah 6 (Purworejo, Wonosobo, Magelang, dan Temanggung).
3. Ramadhan Pohan, anggota Komisi II DPR, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1 (Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi).
4. Abdul Wahab Dalimunthe, anggota Komisi II DPR, pengurus Demokrat, Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1.
5. Jafar Nainggolan, anggota Komisi IV DPR, Sekretaris Demokrat Bidang Kelautan Perikanan, Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1.
6. Sri Novida, anggota Komisi II DPR, pengurus Demokrat, Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1.
7. Arif Wibowo, Wakil Ketua Komisi II DPR, Wakil Sekretaris Bappilu PDIP, Daerah Pemilihan Jawa Timur 4 (Lumajang, Jember).
8. Indah Kurnia, anggota Komisi XI DPR, Wakil Ketua DPD PDIP Jawa Timur Bidang Informasi, Daerah Pemilihan Jawa Timur 4.
9. Eva Kusuma Sundari, anggota Komisi III DPR, pengurus PDIP, Daerah Pemilihan Jawa Timur 6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo