Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBELAS bocah berusia tiga hingga empat tahun berlenggak-lenggok di atas panggung sambil bernyanyi riang. Puluhan temannya yang duduk menonton bertepuk tangan, mengelu-elukan penampilan mereka. Suasana ceria seperti itu biasa ditemui di taman kanak-kanak atau taman bermain (playgroup) yang bertebaran di Jakarta. Bedanya: kali ini nyanyian, obrolan, dan celometan dari lidah cadel mereka, semuanya dalam bahasa Inggris.
Sekolah anak-anak asing? Bukan. Ku-lit mereka sawo matang seperti umumnya anak-anak di negeri ini. Mereka adalah siswa Preschool Taman Kanak-kanak Madania di Jakarta Selatan. Bahasa Inggris memang menjadi bahasa wajib dalam percakapan mereka sehari-hari di sekolah. Pementasan yang mereka lakukan beberapa waktu lalu itu merupakan kegiatan rutin mereka sekali dalam sepekan. Pertunjukan itu sebagai ajang pamer kemampuan mereka di depan siswa kelas lain sekaligus memupuk rasa percaya diri.
Pemakaian bahasa asing kini sudah jamak di sebagian TK di Ibu Kota, yang pada bulan-bulan ini sedang membuka pendaftaran siswa baru. Begitu masuk halaman sekolah, anak-anak dituntut cas-cis-cus dalam bahasa Inggris. Bahkan Sekolah Bina Nusantara yang berlokasi Jakarta Selatan mengajarkan bahasa Mandarin. Seperti juga di Madania, sejumlah fasilitas mewah disediakan untuk memanjakan balita-balita itu. Paling tidak setiap kelas berpenyejuk udara.
Sekolah semacam itu memang menawarkan sejumlah kelebihan layaknya hotel berbintang saja. Mulai dari sarana dan arena olahraga, perpustakaan, ruang musik, sampai kolam renang. Sejumlah sekolah juga menyiapkan ruang balet, audiovisual, hingga fotografi. Bahkan ada yang menyediakan perangkat komputer dengan akses Internet di tiap-tiap kelas.
Tentu saja untuk mendapat pelayanan itu orang tua harus merogoh uang yang sepadan. TK Madania, misalnya, menarik uang pangkal Rp 18 juta dengan iuran bulanan sekitar Rp 1 juta. Adapun Bina Nusantara mematok uang pangkal Rp 21 juta dengan biaya bulanan Rp 1,8 juta. Belum seberapa mahal? Masih ada Sekolah Pelita Harapan di Tangerang, yang siap menerima uang pangkal Rp 48,5 juta dengan biaya setiap tahun hingga Rp 8 juta.
Meski sekolah-sekolah itu mematok tarif cukup tinggi, jumlah pendaftar tak pernah surut. Salah satu orang tua di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, mengaku harus antre setahun sebelumnya agar sang anak bisa masuk salah satu sekolah tersebut. Keputusannya mengejar bangku di sekolah tersebut setelah melihat anak saudaranya lancar berbahasa Inggris meski baru berusia tiga tahun. Soal harga bukan masalah. "Sekolah itu pasti memberikan mutu yang seimbang dengan harganya," katanya.
Tingginya permintaan ini tampak dari antrean panjang pendaftar. Di Madania, setiap tahun sekitar 100 pendaftar harus masuk daftar tunggu. Sedangkan Sekolah Bina Nusantara, meski pendaftaran baru dibuka Maret lalu, orang tua sudah memasukkan nama sejak September tahun lalu. Sampai-sampai mereka harus membuka pendaftaran hingga lima gelombang.
Menurut seorang pengajar di TK Bina Nusantara, Elsie Bait, dalam pengajaran mereka mengadopsi program Primary Years dengan menggunakan pendekatan tema. Misalnya saat mengajarkan tema transportasi, semua pelajaran menyinggung soal angkutan ini. Saat belajar bahasa Inggris, akan diajarkan bagaimana mengeja alat transportasi dalam bahasa tersebut. Kemudian dalam pelajaran matematika, mereka belajar menyebut angka yang berhubungan dengan transportasi. Dalam pelajaran menggambar, siswa diminta menggambar alat transportasi. Begitu pula dalam pelajaran musik, mereka bernyanyi lagu yang berhubungan dengan transportasi.
Lain lagi dengan pengajaran di Sekolah High/Scope Indonesia di kawasan Jakarta Selatan. Sekolah yang berusia delapan tahun ini belajar dengan cara investigasi, tanya jawab, dan diskusi. Sekolah yang merupakan waralaba ini mengacu pada kurikulum High/Scope di Amerika Serikat. Guru memberikan kebebasan anak dalam berpikir untuk membangkitkan inisiatif siswa.
Sekolah ini tidak mengenal penilaian berdasarkan angka tetapi dengan observasi yang kemudian dicatat ke dalam buku kor, semacam rapor. Orang tua menerima laporan dalam bentuk kualitatif, bukan angka. Hal ini untuk menghindari orang tua membanding-bandingkan dengan nilai anak lain. Sekolah yang mendidik 250 anak prasekolah ini tidak pernah menolak pendaftar. "Asal masih ada tempat kosong, mereka boleh masuk," kata Antarina S. F. Amir, Managing Director High/Scope Indonesia. Untuk menjaga mutu, satu orang guru hanya mengajar 10 siswa. Bahkan, untuk tingkat toddler (di bawah dua tahun), seorang guru hanya mengajar lima siswa.
Kurikulum berbeda diterapkan Sekolah Tiara Bangsa di Perumahan Raffles Hills, Cibubur. Sekolah yang awalnya didirikan untuk menampung anak pekerja asing di Indonesia ini mengacu pada sistem pengajaran International Baccalaureate. Sistem ini mengacu pada program yang dipakai di sejumlah negara. Sehingga, jika siswa sering berpindah-pindah negara untuk mengikuti orang tuanya, secara budaya dia sudah siap. "Kami mempersiapkan anak mampu menghadapi berbagai lingkungan dan budaya di seluruh dunia," kata Deborah Buckle, Head of Early Childhood Center. Namun mereka tidak menolak siswa yang berasal dari keluarga Indonesia.
Dalam pengajaran bahasa Inggris, Tiara Bangsa menyediakan guru native speaker. Mereka juga sangat membatasi jumlah siswa yang diterima. Jumlah siswa tingkat nursery (usia 2 hingga 3 tahun) hanya 26 anak. Itu pun mereka masuk bergantian tiga hari dalam sepekan. Untuk tingkat kindergarten 1 (di atas 3 tahun) ada sembilan anak, dan kindergarten 2 hanya 14 anak. Tiara Bangsa juga tidak melakukan tes khusus saat penerimaan siswa. Namun paling tidak calon siswa harus sudah bisa ke toilet sendiri.
Selain anak-anak yang berusia di atas dua tahun, saat ini makin banyak sekolah yang menerima siswa di bawah usia setahun. Bayi yang belum bisa berjalan itu lebih banyak diajari gerak badan. Menurut presenter Shahnaz Haque yang menyekolahkan anaknya sejak umur enam bulan, di sekolah tersebut anaknya mendapat latihan untuk melatih gerak motorik. Di sekolah yang masuk dua hari dalam sepekan itu, kehadiran orang tua dibutuhkan untuk melatih gerakan bayi mereka. "Saya jadi sekolah lagi," katanya.
Menurut Jacinta F. Rini, psikolog yang mengelola situs e-psikologi, anak usia dua tahun memang sudah siap diperkenalkan dengan lingkungan yang lebih beragam selain rumah. Pada usia tersebut manusia sedang mengalami perkembangan paling cepat dalam hidupnya. Pengajaran bahasa selain bahasa ibu bisa memperkaya neuron dalam otaknya.
Namun Jacinta keberatan jika anak di bawah usia dua tahun sudah harus masuk dunia sekolah. Sebab, pada usia tersebut anak membutuhkan rasa aman, dan itu harusnya didapat dari ibunya. Jika rasa aman itu tidak mereka dapatkan pada usia tersebut, mereka bisa mempersepsikan negatif terhadap diri sendiri. Akibatnya, anak menjadi tidak percaya diri, emosional, dan susah bergaul.
Soal mahalnya biaya pendidikan, menurut praktisi pendidikan Arief Rahman, merupakan hal yang wajar. Menurut pengalamannya, banyak orang tua dari kelas bawah berupaya keras mencari uang untuk pendidikan anaknya. "Sikap itu merata, bukan hanya sikap orang kaya," katanya beberapa waktu lalu.
Hanya, di mata Dini P. Daengsari, ahli psikolog perkembangan Universitas Indonesia, sebenarnya anak balita cuma memerlukan stimulasi untuk merangsang perkembangan kecerdasan, emosi, dan spiritualnya. Yang penting melatih kemampuan mereka bersosialisasi, memiliki konsentrasi, daya ingat, dan tanggung jawab. "Jika semua itu telah dimiliki, si balita sudah siap masuk sekolah dasar," kata Dini.
Itu sebabnya Dini menyarankan agar orang tua berkepala dingin menghadapi maraknya TK dan playgroup yang menawarkan fasilitas wah. Kebutuhan yang sebenarnya bagi si kecil sesuai dengan usianya harus lebih diutamakan. "Jangan sampai mereka menjadi korban gengsi orang tua," ujarnya.
Agung Rulianto, Nunuy Nurhayati (TNR)
Tarif Sejumlah Taman Kanak-kanak
Tiara Bangsa, Cibubur
Uang pangkal: US$ 1.000 (sekitar Rp 8,5 juta).
SPP: Nursery (2 tahun-3 tahun) dan TK Rp 16 juta per tahun.
Fasilitas:
Bina Nusantara, Kemanggisan
Uang pangkal:
Rp 21 juta.
Rp 15,75 juta.
Rp 10,5 juta.
SPP: Iuran Rp 1,8 juta per bulan.
Fasilitas: Perpustakaan, empat komputer di tiap kelas, lapangan tenis outdoor dan indoor, ruang musik, auditorium, art room.
Pelita Harapan, Tangerang
Uang pangkal: US$ 5,7 juta (sekitar Rp 48,5 juta).
SPP: Rp 5 juta-Rp 8 juta per tahun.
Fasilitas: Guru asing dari Amerika Serikat dan Australia, ruang musik, drama, olahraga, seni.
High/Scope Indonesia, Cilandak
Uang pangkal:
SPP: Rp 4 juta per triwulan
Fasilitas: Tanpa tes masuk, tidak mengenal penilaian berdasarkan angka, playground, kolam renang, perpustakaan.
TK Madania, Cilandak
Uang pangkal:
SPP: Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta (Preschool, TK A, TK B).
Fasilitas: Kolam renang, perpustakaan, ruang komputer, dapur untuk latihan memasak, video room, ruang agama, indoor playground, outdoor playground, dramatic playing dan assembly hall yang bisa menampung sekitar 500 orang.
Global Jaya, Bintaro
Uang pangkal: Booking fee Rp 1 juta; 75 persen uang kembali jika siswa tidak diterima; jika diterima tapi tidak mendapat tempat, 90 persen uang dikembalikan.
SPP: Rp 8,7 juta per 3 bulan.
Fasilitas: Lintasan atletik, lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan basket, kolam renang, lapangan badminton, komputer dan Internet, art room, ruang audiovisual, perpustakaan, ruangan musik.
Montessori, Kemang
Uang pangkal: US$ 600 (sekitar Rp 5,1 juta).
SPP:
Fasilitas: Perpustakaan dengan koleksi 8.000 buku, ruang komputer, ruang musik, ruang balet, gimnasium.
Jakarta International School, Pondok Indah
Uang pangkal: US$ 10 ribu (sekitar Rp 85 juta)
SPP:
Fasilitas: Ruang berpenyejuk udara, perpustakaan, pusat teknologi dan laboratorium, ruang musik, film, fotografi, melukis, dan keramik, lintasan atletik.
Sumber: wawancara, situs sekolah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo