Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Terbelah Pena di Teluk Benoa

Kelompok aktivis 1998 di Bali terbelah menyikapi proyek reklamasi Teluk Benoa. Ada yang memilih bergabung dengan pengembang.

5 September 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RENCANA proyek reklamasi Teluk Benoa, Bali, memantik perseteruan Wayan Gendo Suardana dan Oktaviansyah. Mereka teman dekat sejak 20 tahun lalu. Belakangan, keduanya terbelah karena reklamasi Teluk Benoa.

Gendo memilih menjadi Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali), yang berada di kubu penentang reklamasi. Sedangkan Oktaviansyah bergabung dengan tim sosialisasi reklamasi PT Tirta Wahana Bali Internasional, perusahaan yang mendapat hak mengelola Teluk Benoa. ”Tak ada lagi komunikasi di antara kami,” kata Oktaviansyah, Selasa pekan lalu.

Perselisihan dua aktivis mahasiswa 1998 itu mencuat ke publik setelah organisasi kemasyarakatan Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) melaporkan Gendo ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, Senin tiga pekan lalu. Laporan dibuat setelah tiga surat yang dikirim Pospera tak dihiraukan Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Padahal, lewat cara tersebut, Pospera berharap Walhi menegur tindakan salah satu anggota dewan nasionalnya.

Laporan Pospera berawal dari kicauan Gendo melalui akun Twitter @gendovara yang dianggap menghina organisasi itu dan etnis Batak, khususnya marga Napitupulu. Marga itu disandang pembina Pospera yang juga politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu. Adian sempat disebut berada di balik pelaporan terhadap Gendo, tapi dia menyangkalnya. ”Saya tak ada kaitannya dengan persoalan reklamasi Teluk Benoa,” ujarnya. ”Jangan dibawa-bawa.”

Menurut Oktaviansyah, semula dia dan Gendo dalam satu gerbong menolak rencana reklamasi. Ini, misalnya, tergambar dalam pertemuan hampir lima jam di rumah Oktaviansyah di Jalan Gatot Subroto, Denpasar, pada 22-23 September 2014. Mereka saat itu membahas kekuatan gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat berbagi peran. Gendo menyuarakan penolakan dari luar lewat Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi. Sedangkan Oktaviansyah masuk menjadi bagian di tim sosialisasi reklamasi PT Tirta Wahana. ”Saya berperan mengawal kalaupun reklamasi akhirnya berjalan supaya tetap memberikan manfaat buat rakyat Bali,” katanya.

Hubungan mereka memburuk seusai pertemuan berikutnya yang berlangsung persis seusai acara Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) di B Hotel, Denpasar, pada 28 September 2014. Menurut Oktaviansyah, selama hampir satu jam ia dan Gendo membicarakan strategi lanjutan. Salah satunya memilih anggota pergerakan yang bisa membantu peran Oktaviansyah. Belakangan, Gendo memprotes bergabungnya Kadek Agus Ekanata lantaran bukan orang yang sesuai untuk membantu Oktaviansyah.

Menurut Ekanata, Oktaviansyah mengajaknya bergabung dengan tim sosialisasi reklamasi pada Oktober 2014. Kini Eka­nata menjabat Direktur Sumber Daya Manusia PT Tirta Wahana. ”Sejak Mei lalu saya di posisi itu,” ujar Ekanata. Dari situ, hubungan Gendo dan Oktaviansyah merenggang. Menurut Oktaviansyah, pada medio 2015, dia putus komunikasi dengan Gendo lantaran banyak perbedaan terkait dengan rencana mereka.

Cerita berbeda disampaikan Gendo. Dia membenarkan bertemu dengan Oktaviansyah pada September 2014, tapi tak membahas pembagian peran terkait dengan isu reklamasi. Justru dalam pertemuan itu Oktaviansyah menyampaikan keinginan untuk bergabung dengan PT Tirta Wahana. Gendo meresponsnya dengan menyatakan keinginan itu bakal mencederai perjuangan rakyat Bali. ”Sebagai sahabat, saya ingatkan bahwa marwah gerakan adalah di pihak rakyat,” katanya. ”Tapi diabaikan.”

Direktur Utama PT Tirta Wahana, Heru Budi Wasesa, membantah melibatkan aktivis untuk memuluskan proyek reklamasi. ”Kami sudah biasa dituduh macam-macam,” ujarnya. Kendati begitu, Heru mengakui perusahaannya berupaya mengajak semua pihak, termasuk aktivis, berdiskusi dan mensosialisasi rencana reklamasi. PRIHANDOKO (JAKARTA), BRAM SETIAWAN (DENPASAR)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus