Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tiket Ketiga Membelah Ulama

Tiga partai resmi mendukung Khofifah Indar Parawansa maju dalam pemilihan gubernur. Ia ada kemungkinan kembali melawan Saifullah Yusuf.

15 Oktober 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tiket Ketiga Membelah Ulama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI namanya masuk paling akhir melampaui tenggat, Khofifah Indar Parawansa akhirnya dipilih Partai Demokrat menjadi calon Gubernur Jawa Timur untuk pemilihan tahun depan. Susilo Bambang Yudhoyono yang memimpin rapat partainya bersama 15 anggota majelis tinggi memutuskan pilihan itu dalam pertemuan di rumahnya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Selasa pekan lalu.

Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Pandjaitan ikut mendengarkan hasil rapat itu. Tak ada debat ketika nama Khofifah, 52 tahun, yang kini menjabat Menteri Sosial, disorongkan sebagai usul Demokrat Jawa Timur. "Untuk posisi calon wakil gubernur komunikasinya masih terus dilakukan," kata Hinca pada Jumat pekan lalu.

Mendapat tiket Demokrat adalah buah gerilya Khofifah sejak Agustus lalu. Ia menemui Yudhoyono di Cikeas meminta dukungan tersebut. Hinca menyebut pertemuan itu sebagai "komunikasi langsung" Khofifah dengan Yudhoyono. Padahal Demokrat telah menutup pendaftaran calon gubernur pada 31 Juli 2017.

Setelah pertemuan Yudhoyono-Khofifah itu, Demokrat membuka lagi pendaftaran selama sepuluh hari yang berakhir pada 30 September lalu. Namun Hinca mengatakan penambahan waktu ini menyesuaikan dengan daerah lain. "Agar serentak secara nasional," ujar Hinca.

Nama Khofifah masuk ke Demokrat Jawa Timur pada malam ketika tenggat hampir berakhir. Seorang utusan Khofifah mendatangi kantor Demokrat Jawa Timur di kawasan Kertajaya, Surabaya, mengabarkan Khofifah tak bisa datang karena masih dalam perjalanan dari Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan. "Saya sempat menghubungi beliau untuk mengecek kebenarannya," kata Sekretaris Demokrat Jawa Timur Renville Antonio.

Menurut Renville, utusan Khofifah itu hanya mengambil formulir dan meminta Khofifah menyerahkan sendiri formulir tersebut ke Demokrat pusat di Jakarta. Renville menyerahkan nama-nama pendaftar calon gubernur dari partainya ke Jakarta pada 8 Oktober lalu.

Ada lima pendaftar, yakni Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf; Inspektur Pemerintahan Jawa Timur Nurwiyatno; politikus Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf; Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Jawa Timur La Nyalla Mattalitti; dan Komisaris Besar Polisi Syafiin. Pada akhirnya Demokrat memilih Khofifah, yang mendaftar paling buncit.

Ketua Demokrat Jawa Timur Soekarwo tak mau berterus terang soal keputusan partainya. Menurut dia, ada beberapa hal yang masih perlu dibahas sebelum keputusan diumumkan. Salah satunya, "Kami masih membahas power sharing dengan bakal calon," ujar Gubernur Jawa Timur dua periode ini.

Bagi-bagi kekuatan politik itu juga berkaitan dengan dukungan. Kabar pilihan Demokrat kepada Khofifah membuat sejumlah ulama Jawa Timur meradang. Pengasuh Pondok Pesantren As Saidiyah, Jamsaren, Kediri, Anwar Iskandar, mengatakan para ulama sudah sepakat dengan Soekarwo memilih Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur saat ini.

Menurut Anwar, kontrak dukungan kiai dengan Soekarwo itu dibuat secara lisan dan tertulis pada 2013. Dalam perjanjian itu tertuang Soekarwo bersedia mengader dan mendukung Saifullah dalam pemilihan kepala daerah serentak pada 2018.

Anwar menuturkan, tak hanya di depannya, Soekarwo juga menyatakan komitmen itu di hadapan para kiai lain. Misalnya Kiai Nurul Huda Jazuli dan Kiai Zainuddin Jazuli dari Pondok Pesantren Al-Falah Ploso serta Kiai Idris Marzuki dari Pondok Pesantren Lirboyo. Awal tahun ini, kata Anwar, komitmen itu kembali diulang saat Soekarwo bertemu dengan sejumlah kiai. "Kalau dia ingkar, itu urusan dia dengan Tuhan," ujar Anwar.

Khofifah adalah rival terkuat Soekarwo dalam dua kali pemilihan gubernur sebelumnya. Pada 2008, Khofifah berpasangan dengan Mujiono dan kalah lewat pemilihan yang berlangsung dua putaran. Pada 2013, Khofifah maju kembali menggandeng Herman Sumawiredja. Lagi-lagi ia keok melawan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf, yang dimotori Partai Demokrat.

Dengan dukungan Partai Demokrat itu, Khofifah diperkirakan melaju menjadi calon gubernur tanpa halangan. Selain mendapat sokongan Demokrat, ia telah mengantongi dukungan Partai NasDem dan Golkar. "Ada makna pengabdian dan obsesi untuk memberikan hal optimal bagi masyarakat Jawa Timur," kata Ketua Umum NasDem Surya Paloh pada Rabu pekan lalu.

Khofifah mengatakan NasDem tak pernah memaksakan salah satu kader partai itu menjadi pendampingnya. Ini alasan ia bersedia menerima dukungan NasDem. Selain itu, Khofifah merasa satu visi dengan Partai NasDem sebagai agen perubahan. "Apa yang terbangun dalam restorasi juga ada dalam Nawacita," ujarnya.

Adapun Golkar resmi mendukung Khofifah lewat rapat yang dipimpin Ketua Harian Nurdin Halid, Senin dua pekan lalu. "Sudah final," ucap Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Muhammad Sarmuji, Kamis pekan lalu.

Menurut Sarmuji, ada sejumlah alasan partainya mendukung Khofifah. Dia menilai elektabilitas Khofifah masih lebih tinggi dibanding tokoh lain di Jawa Timur. Alasan kedua, kata Sarmuji, Khofifah memiliki jaringan mumpuni lewat organisasi Muslimat Nahdlatul Ulama. Dia mengibaratkan Khofifah sebagai tokoh yang telah memiliki jaringan listrik. "Sakelar tinggal ditekan, lampu bakal menyala terang," ujarnya.

Sarmuji menuturkan, upaya Khofifah mendekati Golkar sudah berlangsung lama. Menurut Sarmuji, pintu masuk Khofifah ke partai pemilik 11 kursi Dewan Jawa Timur itu adalah dia dan Ketua Koordinator Wilayah Jawa Timur Yahya Zaini, yang juga berasal dari Jawa Timur. "Kiai Hashim Muzadi pernah menemui Ketua Umum membawa nama Khofifah," kata Sarmuji, menyebut nama mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Jawa Timur, itu.

Dengan dukungan tiga partai, kini Khofifah telah mengantongi 28 kursi, cukup untuk mengantarnya sebagai calon gubernur. Sekretaris Jenderal NasDem Johnny G. Plate mengatakan masih ada partai lain yang bakal mendukung Khofifah, seperti Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Hanura. Khofifah sudah bertemu dengan Ketua PPP Romahurmuziy.

Dalam pemilihan ketiganya ini, Khofifah diperkirakan bertemu kembali dengan Saifullah Yusuf. Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggadang-gadangnya jadi calon Gubernur Jawa Timur. Persaingan merebut Jawa Timur-1 agaknya bakal sesengit dua pemilihan sebelumnya.

Sadar tak mendapat sokongan resmi dari para kiai, Khofifah kian rajin bergerilya ke sejumlah daerah. Dia menemui 100 kiai di Jawa Timur pada akhir pekan lalu di Pondok Pesantren Tebuireng. Ia akan meminta pertimbangan mereka soal siapa yang bakal mendampinginya sebagai calon wakil gubernur. "Dua pemilihan sebelumnya saya juga bertemu dengan kiai," ujarnya.

Ambisinya menjadi calon gubernur membuat Khofifah supersibuk. Senin-Jumat ia di Jakarta sebagai Menteri Sosial, pada akhir pekan ia berkeliling ke berbagai kabupaten di Jawa Timur. Sarmuji pernah bertemu dengan Khofifah saat menghadiri sebuah acara pada pekan ketiga September lalu. "Saya bertemu dengan beliau di Jember," kata Sarmuji.

Istana Negara belum bersikap atas rencana Khofifah menjadi calon Gubernur Jawa Timur. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Khofifah telah melapor kepada Presiden Joko Widodo mengenai rencana pencalonannya. Namun soal kepastian tergantung kemampuan Khofifah meraih dukungan partai. "Dia sudah lapor," ujar Kalla. "Bagi saya, tergantung Khofifah bagaimana baiknya."

Juru bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan Khofifah belum memberikan surat resmi mengenai pencalonannya itu. "Belum ada," kata Johan. Menurut Khofifah, laporan kepada Presiden tinggal menunggu dukungan resmi dari partai-partai politik. "Kalau sudah fixed ada hitam di atas putih, saya pasti akan melapor kepada Presiden," ujarnya.

Melihat gerak-gerik Khofifah yang kian lincah, Presiden Joko Widodo pernah menyindirnya dalam sebuah rapat kabinet. "Bu Khofifah sekarang kalau akhir pekan di Jawa Timur terus, ya?" kata Jokowi seperti dituturkan pembantunya.

Wayan Agus Purnomo, Dias Prasongko, Amirullah (jakarta), Artika Rachmi (surabaya), Hari Tri Wasono (kediri)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus