Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

TNI Bantah Jual Senjata ke OPM di Black Market

Tentara Nasional Indonesia atau TNI membantah melakukan jual beli senjata ke Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui pasar gelap.

10 Maret 2025 | 10.05 WIB

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan. Foto: ANTARA/Evarukdijati
Perbesar
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Chandra Kurniawan. Foto: ANTARA/Evarukdijati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia atau TNI membantah melakukan jual beli senjata ke Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui pasar gelap. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami tidak pernah menjual senjata (ke OPM)," katanya saat dihubungi pada Senin, 10 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia mengatakan bahwa pihaknya hanya fokus menjalankan tugas pokok dan fungsinya di Bumi Cenderawasih tersebut. "Menjaga kedaulatan NKRI, maupun melindungi dan mengayomi masyarakat," ujar Candra.

Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengklaim bahwa kelompoknya sudah sedari lama membeli senjata dari aparat militer. Dia mengatakan bahwa transaksi jual beli senjata di black market itu sudah dilakukan kelompoknya sejak 2008 silam.

"Pada prinsipnya tentara dan polisi Indonesia butuh uang dan TPNPB butuh senjata," katanya pada Sabtu, 8 Maret 2025.

Baru-baru ini, Kepolisian Daerah Papua atau Polda Papua menangkap seorang mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diduga akan memperjual-belikan senjata api kepada jaringan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah.

Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Patrige Rudolf Renwarin mengatakan, nilai transaksi jual beli senjata api yang melibatkan mantan anggota TNI berinsial YE itu mencapai Rp 1,3 miliar. Kepolisian menyimpulkan senjata api itu milik produksi PT Pindad. 

Patrige mengatakan, YE telah dipecat dari Kodam Kasuari sejak 2022. Dia diberhentikan secara tidak hormat karena sebelumnya juga terlibat dalam jaringan jual beli senjata dan amunisi untuk KKB. “Senjata tersebut dikirim melalui jalur laut dari Surabaya, kemudian akan dilanjutkan menggunakan jalur darat dari Jayapura menuju Wamena,” kata Patrige dalam konferensi pers di Polda Papua, Sabtu, 8 Maret 2025.

Patrige mengatakan, sepak terjang YE sudah terendus sejak 1 Maret 2025. Setelah mengumpulkan informasi yang cukup, polisi membekuk YE di Kabupaten Keerom pada Kamis malam, 6 Maret 2025. Polisi menyita enam pucuk senjata api pabrikan PT Pindad dan ratusan butir amunisi dari pelaku.

Rincian senjata api yang disita yaitu dua pucuk senjata laras panjang jenis ss1 VI Pindad dalam kondisi belum terangkai, empat senjata api pendek jenis G2 Pindad, 5 buah magazine, 882 butir amunisi berbagai kaliber dan satu pucuk senapan angin.

Patrige meyakini YE tidak beroperasi sendirian dalam menjalankan bisnis jual beli itu. Dia menyebut telah mengirim tim ke Surabaya untuk menyelidiki rantai distribusi senjata api secara ilegal tersebut.

“Kami sudah mengirim tim ke Pulau Jawa untuk menelusuri bagaimana senjata api PT Pindad ini bisa ditransaksikan,” kata dia. Atas perbuatannya, YE dijerat Pasal 500 KUHP tentang kepemilikan senjata api tanpa izin dengan ancaman pidana kurungan dan denda.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus