Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PURBALINGGA - Sebanyak tujuh film pendek dokumenter dan fiksi dari Purbalingga berhasil menjadi finalis dalam South to South (StoS) Film Festival 2012 yang diselenggarakan di Jakarta. Dari tujuh film itu, empat di antaranya merupakan film dokumenter pendek, sementara sisanya film fiksi pendek. Untuk film fiksi, seluruh sutradara yang menjadi nominator adalah pelajar sekolah menengah atas.
Film-film tersebut adalah X(Kali), karya sutradara Ayun Endrayanto; Dari Kolong Ibu Kota, karya sutradara Benny Benke; Mata Buruh, karya sutradara Nanda Dian Sari; Terima Hidup Apa Adanya, karya sutradara Bowo Leksono; Kado Suket, karya sutradara Puspa Juwita; Kalung Sepatu, karya sutradara Dwi Astuti; dan Sarung, karya sutradara Anis Septiani.
Menurut sutradara film Mata Buruh, Nanda Dian Sari, ia membuat film tersebut karena ingin belajar mengenal lingkungan. "Subyek dalam film dokumenter saya ada di lingkungan sekitar, tentang buruh bulu mata palsu yang tidak mendapat jaminan kesehatan dengan baik," ujar mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ini kemarin.
Sementara itu, pegiat film dari Cinema Lovers Community (CLC), Muhammad Febrianto, mengatakan banyaknya film asal Purbalingga yang menjadi finalis menandakan banyak pula isu yang diangkat ke dalam medium film yang sesuai dengan festival ini. "StoS Film Festival memfokuskan esensi isu lingkungan, baik dikemas melalui sudut politik, sosial, budaya, maupun ekonomi," katanya.
Sejak dibukanya pendaftaran festival ini, panitia telah menerima 53 film pendek dokumenter dan 32 film pendek fiksi dari seluruh pembuat film di Indonesia. Sejumlah 13 film pendek dokumenter dan tujuh film pendek fiksi dinyatakan lolos ke putaran final.
Seluruh film finalis berkesempatan untuk diputar dan diapresiasi selama festival berlangsung pada 22-26 Februari 2012 di Jakarta. Menurut programmer StoS, Dimas Jayasrana, penilaian terhadap film-film yang masuk dilakukan dengan tidak meninggalkan ide cerita, sudut pandang artistik, serta nilai dan norma sinematografi. "Namun di dalam proses penjurian StoS, ada satu titik penilaian yang ditekankan, yaitu sikap dasar. Artinya, film-film yang dipilih oleh juri mampu diterima dan dicerna secara logika," ujarnya.ARIS ANDRIANTO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo