Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEPATAH tetua Ngada itu tampaknya tengah diwujudkan Marianus Sae. Kedhi beki go weki, bhoko dhano go lo-melakukan tindakan buruk akan menghancurkan diri sendiri. Marianus memang tak hancur, tapi setidaknya ia jadi omongan orang seantero negeri. Bupati Ngada ini tiba-tiba terkenal bukan karena membebaskan kabupaten termiskin di Nusa Tenggara Timur itu, melainkan karena memblokade bandar udara.
Sabtu dua pekan lalu, ia memerintahkan Satuan Polisi Pamong Praja menghadang pesawat yang hendak mendarat di Turelelo Soa. Marianus kesal karena tak mendapat tiket Merpati Airlines untuk pulang dari Kupang. Di ibu kota provinsi itu, Marianus usai mengikuti rapat penyerahan daftar isian pelaksanaan anggaran dari Gubernur Frans Lebu Raya. "Saya sudah telepon Merpati untuk disediakan satu kursi, tapi malah dipermainkan," katanya.
Versi Merpati lain. Seperti hari biasa, pada jalur Kupang-Ngada atau sebaliknya, maskapai pemerintah yang melayani daerah terpencil itu selalu menyediakan satu kursi untuk pejabat setempat. Hari itu, Merpati sudah menyediakan satu kursi bagi Marianus untuk penerbangan pukul 06.15 Waktu Indonesia Tengah karena ia mesti mengikuti rapat di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Ngada pukul 09.00. "Tapi Bupati tak datang sampai jam keberangkatan," ujar Djibrel de Kock, Kepala Merpati Cabang Kupang.
Kesal, Marianus membeli tiket pesawat TransNusa. Sebelum terbang, ia memerintahkan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Hendrikus Wakedan membawa anak buahnya menduduki bandara. Akibatnya, pesawat Merpati MA-60 yang mengangkut 54 penumpang yang sedianya mendarat di Turelelo Soa balik kanan ke Kupang. Baru esoknya pesawat terbang lagi dan mendarat di Ende, kabupaten terdekat dari Ngada yang memiliki lapangan udara.
Dari Ende, para penumpang menempuh 135 kilometer perjalanan darat selama tiga jam. Biaya antar, menginap di hotel, serta makan dan minum ditanggung Merpati. "Total kerugian akibat pemblokiran itu Rp 70 juta," kata De Kock. Meski merugi, Merpati tak berencana menggugat Marianus karena ulahnya. Polisi malah memeriksa petugas bandara serta Hendrikus dan 14 anak buahnya.
Di Ngada, Marianus sangat populer. Laki-laki 51 tahun itu cepat naik menjadi politikus sejak bergabung dengan Partai Amanat Nasional lima tahun lalu. Sebelumnya, ia karyawan perusahaan kargo di Bali. Marianus meninggalkan Ngada setelah berhenti kuliah di Universitas Cendana, Kupang, pada 1989. "Dia karyawan perusahaan saya sampai tahun 1991," ujar Paul Edmundus Kalo.
Keluar dari perusahaan Paul, Marianus pulang ke Ngada dan mengelola obyek wisata air panas. Bisnis ini gagal dan ia kembali ke Bali, lalu mendirikan perusahaan terali. Di bisnis ini pun ia tak berhasil hingga bersama teman-temannya mendirikan perusahaan kayu PT Flores Timber Specialist. Saat berbisnis kayu inilah, pada 2009, ia bertemu dengan Eurico Guterres, tokoh prointegrasi Timor Timur yang menjadi Ketua PAN Nusa Tenggara Timur.
Oleh Eurico, Marianus ditawari maju sebagai calon Bupati Ngada pada pemilihan 2010. Berpasangan dengan Paulus Soliwoa, ia menumbangkan tujuh pasangan lain, termasuk bupati bertahan Piet Nuwa Wea. "Dia berjanji akan membeli jagung orang Ngada Rp 28 ribu per kilo," ujar Paul. Waktu itu, harga pasaran jagung di Ngada hanya Rp 2.000. Janji Marianus ini membuat warga Ngada kepincut.
Belum lama Marianus jadi bupati, Ngada gempar oleh kehamilan pembantunya. Ia dituduh memerkosa perempuan 18 tahun yang bekerja di rumahnya itu. Perempuan asal Maumere itu pulang ke kampungnya dan dirawat Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores. "Saya yang mengurus ibu dan bayinya," kata suster Eusthocia, SSps, Direktur Tim. Bayi itu kini berusia 1 tahun 7 bulan dengan nama ayah baptis Marianus Sae. Eusthocia pula yang melaporkan kasus itu ke polisi hingga presiden.
Marianus menyangkal telah menghamili pembantunya. Ia juga menolak menanggapi lagi ulahnya memblokade bandar udara Ngada. "Sudah selesai. Dengan Merpati, kami sudah saling memaafkan," katanya seraya menutup telepon. Gubernur Nusa Tenggara Timur dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi meminta polisi mengusut Marianus karena ulah tak eloknya itu.
Maria Hasugian, Yohanes Seo (Kupang), BHD
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo