Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Ribuan warga di berbagai daerah di Papua dan Papua Barat kembali berunjuk rasa, kemarin. Mereka tetap pada tuntutan yang sama dengan unjuk rasa dua hari lalu, yaitu menuntut polisi menindak tegas pelaku dugaan rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Jumat pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aktivis buruh dan lingkungan hidup Papua Barat, Yohanes Akhwan, mengatakan, berdasarkan informasi yang ia peroleh, unjuk rasa itu berlangsung di Kabupaten Merauke, Biak, Nabire, Sorong, dan Teluk Bintuni. Demonstrasi ini berlangsung damai, tidak seperti satu hari sebelumnya yang berujung kerusuhan di Kota Manokwari. "Mereka masih menggelar aksi untuk mengutuk perilaku rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang," kata Yohanes, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, membenarkan demonstrasi lanjutan tersebut. Tapi ia mendapat informasi bahwa unjuk rasa hanya berlangsung di Kota Sorong. "Memang masih ada kegiatan masyarakat di satu titik. Massanya berjumlah 500 orang," kata Dedi.
Direktur Manajemen Risiko Bank BNI, Bob Tyasika Ananta, juga mendapat laporan unjuk rasa di Sorong. Ia pun meminta semua kantor cabang di Sorong agar ditutup sementara, kecuali Kantor Cabang Kota Sorong. "Meski dibuka, tetap dilakukan penjagaan oleh TNI," katanya di Kampus Perbanas, Jakarta, kemarin.
Dua hari lalu, masyarakat Kota Manokwari dan Kota Jayapura berunjuk rasa memprotes dugaan tindakan rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya. Demonstrasi ini berujung kerusuhan. Massa membakar kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Papua Barat, bekas kantor Gubernur Papua Barat, sejumlah fasilitas umum, serta sejumlah kendaraan milik masyarakat.
Adapun kejadian di Surabaya itu berawal dari tersiarnya informasi bahwa bendera Merah Putih yang berada di depan asrama Papua di Jalan Kalasan Nomor 10, Pacar Keling, Surabaya, dirusak dan dibuang ke saluran air. Diduga pelakunya adalah mahasiswa penghuni asrama. Tapi mahasiswa Papua membantah tudingan ini.
Kabar tersebut memicu beberapa organisasi masyarakat di Surabaya berunjuk rasa di depan asrama mahasiswa Papua. Saat itulah diduga terjadi makian dan umpatan yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) terhadap mahasiswa Papua.
Menyikapi unjuk rasa di Papua dan Papua Barat, Kepolisian RI mengirim 600 personel atau enam satuan setingkat kompi ke sana, kemarin. Dedi Prasetyo mengatakan bantuan personel itu dikirim ke Manokwari dan Sorong. Bantuan berasal dari Kepolisian Daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Dedi mengatakan polisi menjamin situasi di Manokwari dan Sorong sudah mulai kondusif, kemarin. Ia juga memastikan polisi akan menerapkan pendekatan persuasif untuk menjaga keamanan di dua daerah tersebut. "Kami memastikan polisi yang berjaga tanpa dibekali peluru tajam," katanya.
Selain meningkatkan penjagaan, Dedi mengatakan polisi menggandeng pemerintah daerah dan tokoh adat di Papua untuk menjaga keamanan sekaligus mengakomodasi aspirasi para demonstran.
Unjuk rasa yang berujung rusuh ini juga mengundang perhatian sejumlah kalangan. Bahkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto berencana berangkat ke Papua. "Tanpa ada insiden, saya memang mau ke sana. Ada upaya mendorong semangat bela negara," kata Wiranto, kemarin. ANDITA RAHMA | FIKRI ARIGI | EGI ADYATAMA | EKO WAHYUDI | AVIT HIDAYAT
Aneka Cara Meredam Amarah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo