Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan golongan berusia lanjut atau 60 tahun ke atas mempunyai persentase rendah terkait dengan kasus konfirmasi Coronavirus Disease 2019. Namun golongan ini, kata dia, apabila sudah terpapar oleh virus, tingkat kematiannya sangat tinggi jika dibanding usia produktif. “Usia produktif yang terinfeksi lebih banyak, tapi fatalitas tinggi terjadi pada mereka yang berusia lebih lanjut,” ujarnya kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan catatan Satgas Penanganan Covid-19, jumlah kasus terkonfirmasi positif untuk usia di atas 60 tahun hanya 10 persen dan usia 46-59 tahun mencapai 22,5 persen. Namun tingkat kematian akibat virus corona bagi lansia mencapai 43 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, diikuti dengan golongan usia 46-59 tahun dengan angka kematian mencapai 32,1 persen. Berbeda jauh dengan usia produktif dengan rentang 19-30 tahun yang kematian akibat Covid-19 hanya 4,6 persen.
Selain faktor usia, menurut Dewi, faktor lain yang meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19 adalah penyakit penyerta atau komorbiditas. Dia menyebutkan kematian pada orang yang mempunyai satu penyakit penyerta berisiko meningkat 6,5 kali dibanding orang tanpa komorbiditas.
Kemudian, untuk orang yang mempunyai dua penyakit penyerta, risikonya bertambah menjadi 15 kali lipat. Sedangkan orang dengan komorbiditas lebih dari tiga berisiko menjadi 29 kali lipat. “Jadi, memang komorbid ini berperan terhadap daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19,” kata Dewi.
Dengan tingginya risiko kematian kelompok lansia, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan warga lansia merupakan salah satu kelompok yang perlu diprioritaskan dalam memperoleh vaksinasi. Kementerian sampai menggelar sentra vaksinasi massal khusus warga lansia di Istora Senayan, Jakarta.
Adapun program ini merupakan kerja sama antara Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, dan Indonesia Healthcare Corporation. “Lansia sebagai (kelompok) yang paling rentan, (vaksin) harus didahulukan," ujar Erick.
Sentra vaksinasi bersama digadang-gadang akan mempermudah akses publik dalam mendapatkan vaksin serta mempercepat dan memperluas cakupan vaksinasi program pemerintah. Menurut Erick, perlu kerja sama pelbagai kementerian dan lembaga untuk melakukan percepatan vaksinasi, termasuk pelaksanaan sentra vaksinasi.
Sentra vaksinasi bersama menargetkan 5.000 penyuntikan vaksin setiap hari. Vaksinasi akan dilakukan secara berturut-turut selama empat bulan. Erick memastikan pendaftaran dan pendataan peserta dilakukan dengan berbasis teknologi. "Dengan program vaksinasi nasional, saya juga ajak semua BUMN untuk bahu-membahu mempercepat vaksinasi nasional," ujarnya.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan vaksinasi tahap kedua ditargetkan rampung pada pertengahan 2021. Adapun vaksinasi tahap kedua meliputi vaksinasi 21,5 juta jiwa pelayan publik dan 16,5 juta warga lansia. “Sebelum Juni harus sudah selesai," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021 di Jakarta, Selasa, 9 Maret lalu.
Dia optimistis target vaksinasi itu dapat tercapai seiring dengan upaya pemerintah meningkatkan jumlah penerima vaksin dan terus bertambahnya jumlah dosis vaksin. Dalam waktu dekat, terdapat 185 juta dosis vaksin. "Target kami adalah 200 ribu suntikan per hari. Kami akan tingkatkan menjadi 500 ribu suntikan per hari," kata Erick.
Dante menuturkan, untuk mengatur kecepatan vaksinasi, pemerintah memprioritaskan tujuh provinsi terbesar yang mempunyai zona merah di ibu kota provinsi. Dia menyarankan narasi program vaksinasi harus diubah menjadi gerakan vaksinasi nasional agar dapat berjalan maksimal.
EKO WAHYUDI | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
#ingatpesanibu #cucitangan #pakaimasker #jagajarak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo