Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Bio Farma (Persero) merampungkan produksi vaksin Covid-19 sebanyak 15 juta dosis. Jumlah ini masih harus menunggu proses penerbitan pengujian pelulusan produk atau lot release dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sertifikat lot release merupakan salah satu syarat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sertifikasi ini dilakukan atas hasil uji vaksin untuk memastikan kualitasnya agar aman digunakan. "Artinya, sekitar 15 juta dosis sudah selesai diproduksi dan secara bertahap ini akan dilakukan lot release oleh Badan POM," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaksin produksi Bio Farma ini diperuntukkan bagi program vaksinasi nasional Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) tahap kedua yang menyasar kaum lansia dan pelayan publik. Sebelumnya, vaksinasi Covid-19 tahap pertama menggunakan vaksin jadi yang langsung diimpor dari perusahaan farmasi Sinovac, Cina. Vaksinasi tahap kedua menggunakan bahan baku vaksin asal Sinovac yang diolah oleh PT Bio Farma.
Impor bahan baku atau bulk vaksin asal Sinovac, Cina, sudah tiba dua kali di Tanah Air. Sebanyak 15 juta dosis datang pada 12 Januari dan 11 juta dosis tiba pada 2 Februari lalu. Sejauh ini, PT Bio Farma telah mengolahnya dalam 15 batch atau tahapan produksi. Satu tahapan terdiri atas 950-1.000 dosis vaksin.
Sesuai dengan target pemerintah, akan ada 7,5 juta dosis yang didistribusikan untuk program vaksin bagi masyarakat Indonesia tahap kedua pada Februari ini. Dengan didistribusikannya vaksin ini, percepatan vaksinasi nasional diharapkan dapat terjadi. Distribusi akan dilakukan sesuai dengan lokasi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. “Dari Kementerian Kesehatan sudah punya prioritas lokasi atau provinsi untuk program vaksinasi,” kata Honesti.
Petugas menunjukkan vaksin sinovac di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, 7 Februari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Badan POM menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin produksi Bio Farma yang bahan bakunya diimpor dari Sinovac, Cina. Penerbitan EUA dilakukan secara terpisah karena ada perbedaan tempat produksi dan kemasan, yakni yang sebelumnya dosis tunggal menjadi multi-dosis agar lebih efisien.
"Kami apresiasi dan ucapkan terima kasih kepada Bio Farma yang telah mengikuti timeline, sehingga EUA untuk vaksin yang diproduksi Bio Farma pada hari ini sudah bisa disetujui," ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito.
Vaksin Covid-19 yang diproduksi Bio Farma memiliki kandungan profil, mutu, khasiat, dan keamanan yang sama dengan vaksin CoronaVac yang diproduksi di Beijing. Menurut Penny, meski sama, vaksin tetap membutuhkan pengujian dan evaluasi khusus. Hingga 15 Februari lalu, Badan POM sudah menguji produk vaksin sebanyak 5 juta dosis dan siap digunakan dalam program vaksinasi.
Badan POM akan tetap mengawal mutu vaksin pada jalur vaksin. Pemantauan akan dilakukan sejak keluar dari industri farmasi hingga saat vaksin disuntikkan ke masyarakat. Pendistribusian ini, tutur Penny, juga menjadi tanggung jawab industri farmasi, dalam hal ini Bio Farma, untuk melakukan pemantauan. “Dengan EUA diterbitkan, BPOM akan terus mengawal mutu vaksin pada jalur distribusi, dari keluar industri sampai ke masyarakat,” kata dia.
Vaksin yang mendapat EUA ini diberi nama Vaksin Covid-19, dari virus yang diinaktivasi, dengan nomor EUA2102907543A1. Vaksin dikemas dalam dus yang berisi 10 vial dengan masing-masing bervolume 5 mililiter dan stabil disimpan pada suhu 2-8 derajat Celsius.
Setiap vial dilengkapi dengan barcode dua dimensi sebagai identitas masing-masing. Hal ini berfungsi untuk penelusuran dalam mencegah pemalsuan vaksin.
EKO WAHYUDI
#ingatpesanibu #cucitangan #pakaimasker #jagajarak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo