Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Kekuatan

Di grenada 10 th lalu, mauric bishop berontak terhadap eric gairy penteror rakyat. bishop anti as jatuh karena terlalu lunak. pasukan as masuk untuk menunjukan dirinya kuat, bukan menghindari penggunaan kekuatan.

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LELUCON pekan ini tentu saja tentang Ronald Reagan. Syahdan ia dibangunkan dari tidurya oleh dering telepon. Suara di seberang sana agak tergopoh-gopoh. "Tuan Presiden," kata suara itu, "ada pertumpahan darah di Grenada. Kudeta berhasil, perdana menteri dibunuh." "Ya, Tuhan. Perdana menteri tewas?," ujar Reagan, seraya membayangkan wajah tokoh yang pernah dilihatnya di layar televisi itu. Ia tiba-tiba teringat, lalu bertanya, "Tapi dia 'kan seorang sosialis? Ini kudeta dilakukan kaum militer?" "Betul, Tuan Presiden. Tapi mereka jenis sosialis yang lebih ekstrem." "Ya, Tuhan. Soviet lagi! Gawat. Coba kirimkan marinir dan bereskan orang-orang sosialis itu - lalu tegakkan demokrasi." "Baik, Tuan Presiden." Maka marinir pun dikirim secepat kilat, dalam jumlah besar. Beberapa saat kemudian Reagan kembali bicara lewat telepon. Ia membangunkan William Clark. Orang ini baru saja ia angkat jadi menteri dalam negeri, tapi Presiden Reagan masih tetap membicarakan soal-soal dunia dengan bekas penasihat "keamanan nasional" ini. "Bill, kau tahu apa yang terjadi? Perdana menteri sosialis itu dibunuh di Grenada dalam suatu kudeta. Aku kirim marinir ke sana." "Tuan mengirim marinir? Untuk menolong seorang sosialis? Kenapa?," tanya Clark. "Karena yang menggulingkannya seorang sosialis yang lebih ekstrem - pasti agen Soviet - dan negeri itu punya arti penting buat bangsa Amerika." Di seberang sana tak ada suara menjawab. Hanya terdengar lembaran kertas yang dibuka-buka. Reagan segera tahu: Clark yang selalu bingung dengan banyaknya negara yang harus diperhatikan Amerika, sedang sibuk membuka-buka peta. Karena itu sang Presiden pun bertanya, "Bill, kau belum tahu di mana Grenada?" "Well Sir ... Saya... terus terang memang belum tahu." "Ah, kau ini. Lihat peta Spanyol, dong, lihat baik-baik!" Tiap lelucon politik pasti mengandung sekian persen unsur dusta. Sekian persennya lagi wallahu alam. Ronald Reagan tentu tak sebodoh yang tergambar dalam olok-olok tadi, namun ia memang agak menghina ilmu bumi. Dalam geografi a la Ronald Reagan, letak dan makna sebuah negeri diukur dengan hubungannya ke Uni Soviet. Dalam geografi yang berasal dari "perang dingin" tahun 1950-an ini, sebuah tempat tak mempunyai unsur lokal, selain batu, gunung, sungai, tambang, dan barang mati lainnya. Kehidupan sosial-politik, perubahannya, kesalahan dan kebetulannya, itu semua bukan unsur lokal, melainkan suatu akibat dari manipulasi global Uni Soviet. Juga di Grenada. Di Grenada sejarah sebenarnya sebuah peristiwa setempat. Maurice Bishop sepuluh tahun yang lalu berontak terhadap Sir Eric Gairy - bapak besar yang menteror rakyatnya dengan pasukan algojo yang disebut "Mongoose Gang". Maurice punya keberanian dan punya pendidikan ilmu hukum di Inggris. Ia juga punya sejumlah kawan, yang - dengan semangat protes para mahasiswa tahun 1960-an di Barat memelihara janggut seperti Fidel Castro serta teriakan anti-Amerika yang gaduh. Dengan itu semua Maurice Bishop menang. Tokoh jangkung besar dengan wajah hitam yang ditumbuhi cambang ini pun jadi pahlawan di negeri bekas koloni budak abad ke-19 itu. Celakanya, barangkali, ia dianggap kemudian terlampau lunak oleh kawan-kawannya sendiri. Maurice, misalnya, kepingin mengadakan pemilihan umum. Para anggota komite sentral yang lain - yang umumnya berlomba-lomba "revolusioner" dan "kiri" - tak setuju. Dan itulah salah satu sebab Maurice jatuh. Di Washington orang takut bahwa kudeta oleh orang-orang yang sedang keranjingan sikap "revolusioner" ini didalangi Kuba dan karena itu juga didalangi Uni Soviet. Tapi ketika Maurice Bishop tewas, Fidel Castro, teman dan pendukungnya, sedih. Hanya Moskow yang terdengar gembira. Mungkin kudeta terhadap Bishop memang direstui Uni Soviet. Tapi kudeta itu juga menunjukkan bahwa apa yang direstui Soviet belum tentu menyenangkan Kuba. Dengan kata lain, negara besar memang punya sarana untuk menggertak, tapi mereka tak dengan sendirinya meyakinkan. Uni Soviet tidak. Amerika Serikat juga tidak. Toh Ronald Reagan masuk dengan pasukannya dan dengan keyakinannya yang aneh bahwa Amerika Serikat harus kasih unjuk diri kuat. Seolah bayonet yang terhunus adalah tandanya. Padahal, seperti ditulis oleh The New York Times, ujian bagi kekuatan bangsa Amerika bukanlah terletak pada kemauan untuk menggunakan kekuatan itu, melainkan pada "keterampilan untuk menghindari keharusan menggunakannya".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus