Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Eijkman-BRIN: Dinding Kekebalan Indonesia tak Kalah dengan Negara Maju

Pusat Riset Biologi Mokuler Eijkman-BRIN beberkan tiga faktor pembangun dinding kekebalan suatu bangsa melawan Covid-19.

27 Januari 2022 | 05.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja melintas di saat sepulang kerja di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengumumkan ada tambahan 7.010 kasus konfirmasi positif. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Biologi Mokuler  Eijkman-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wien Kusharyoto, menjelaskan perkembangan Covid-19, virusnya yang varian Omicron, dan dampaknya. Dalam paparan daring, Rabu 26 Januari 2022, dia juga membahas mengenai dinding kekebalan tiap negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Wien, dinding kekebalan Indonesia terhadap Covid-19 cukup tinggi. “Tidak kalah dengan negara-negara maju,” ujar mantan kepala laboratorium di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI itu sambil menambahkan, "Dilihat dari jumlah orang yang sudah divaksinasi.” 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wien menerangkan, dinding kekebalan menentukan laju penyebaran infeksi dan keterisian rumah sakit. Namun, hal itu bervariasi di tiap negara. Ia menjelaskan ada tiga faktor pendukungnya.

Pertama, jenis vaksin. Vaksin berbasis mRNA, Wien mengakui, menunjukkan efektifitas terhadap SARS-CoV-2 varian baru. Vaksin Covid-19 yang telah dikembangkan dan digunakan luas berbasis mRNA adalah Pfizer dan Moderna.

Kedua, laju vaksinasi untuk dosis primer ataupun lanjutan (booster). Wien merujuk kepada berapa besar populasi yang telah mendapatkan dosis vaksinasi primer secara lengkap, kapan vaksinasi itu dilakukan dan  pemberian vaksin booster.

Terakhir, faktor pendukung yang ketiga, adalah imunitas kekebalan tubuh yang didapat dari infeksi alami. Hal ini mengenai populasi yang terinfeksi dalam gelombang infeksi sebelumnya dan kapan terinfeksi.

Namun, Wien juga mengingatkan faktor lainnya yang bersifat menghambat, yakni laju mutasi virus yang cepat. Faktor ini mengharuskan frekuensi vaksin booster yang lebih sering. Selain itu, faktor perubahan pada protein virus. "Perubahan besar dapat membuat vaksin tidak efektif sehingga perlu pengembangan baru dan perizinan cepat," kata Wien

Ia memberi contoh data dinding kekebalan di Inggris dan Amerika Serikat. Menurutnya, Inggris membangun dinding kekebalan yang cukup kuat. Sedangkan Amerika disebutnya agak terlambat dalam program vaksin booster.

Pada data per 17 Januari 2022 yang diperlihatkannya, sebanyak 78 persen penduduk di Inggris sudah menerima vaksin dosis pertama, 71 persen yang sudah dosis lengkap, dan 54 persen mendapatkan vaksin booster. Sedang di Amerika Serikat, komposisinya adalah 76, 63, dan 24 persen.

Kasus positif harian di Inggris pada Januari naik pesat, tapi kembali menurun. Di antara kenaikan itu, tingkat hospitalisasi atau rawat inap di rumah sakit lebih rendah dari kasus harian. Dibandingkan dengan di Amerika, kasus harian maupun hospitalisasi terus menanjak.

Wien juga menekankan pentingnya vaksin booster. Hampir semua studi yang dilakukan menunjukkan bahwa perlindungan terhadap SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, hanya bisa diberikan 6 bulan sejak vaksinasi yang ke-2.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus