Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Teori lubang cacing (wormhole) diajukan ilmuwan fisika Albert Einstein dan Nathan Rosen untuk menjelaskan tentang hubungan dimensi ruang dan waktu. Lubang cacing murni hipotesis yang bersifat sementara atau tentatif yang terus membutuhkan pembuktian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari Live Science, teori lubang cacing diajukan dalam persamaan yang membahas teori relativitas Albert Einstein. Teori ini mendalilkan, dua ruang dan waktu yang jauh membuat jalan pintas perjalanan melintasi alam semesta melalui terowongan.
Perkembangan pandangan tentang teori lubang cacing
Walaupun lubang cacing digunakan dalam imajinasi populer fiksi ilmiah, tapi teori ini bersifat tentatif (hipotesis). Mengutip dari Space.com, lubang cacing pertama kali diusulkan menjadi teori pada 1916. Tapi, saat itu lubang cacing bukan sebutan dalam teori itu. Saat meninjau ulang pandangan fisikawan lain untuk persamaan dalam teori relativitas umum Albert Einstein, ilmuwan fisika Austria, Ludwig Flamm menyadari pandangan lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Flamm menggambarkan lubang putih sebagai pembalikan waktu teoretis dari lubang hitam. Lubang putih mengandung singularitas, tapi beroperasi secara terbalik dengan lubang hitam. Jadi, tak ada yang bisa memasuki cakrawala peristiwa dan materi apa pun di dalam lubang putih. Flamm mengusulkan pandangan adanya pintu masuk menuju lubang hitam dan putih dihubungkan suatu saluran ruang dan waktu.
Naskah teori relativitas umum Albert Einstein ditampilkan di rumah lelang Christie di Paris, 22 November 2021. Naskah tersebut terjual dengan harga 11,7 juta Euro atau setara Rp187 miliar, dalam acara lelang pada 23 November 2021. REUTERS/Antony Paone
Pada 1935, Albert Einstein dan Nathan Rosen menggunakan teori relativitas umum untuk mencoba menguraikan gagasan tersebut. Mereka mengusulkan keberadaan jembatan melalui ruang dan waktu. Menurut mereka jembatan itu berfungsi sebagai penghubung antara dua titik yang berbeda dalam ruang dan waktu.
Secara teoretis, dua fisikawan itu mengusulkan pandangan jalan pintas yang mengurangi waktu dan jarak tempuh untuk melintasi alam semesta. Jalan pintas itu populer dengan sebutan lubang cacing (wormhole).
"Hal tersebut masih belum terbukti kebenarannya sampai saat ini," ucap Stephen Hsu, profesor fisika teoretis di University of Oregon, dilansir Live Science. "Siapa pun tidak mengira kita akan menemukan lubang cacing dalam waktu dekat."
Merujuk publikasi dalam Journal of High Energy Physics, lubang cacing berisi dua rongga yang menghubungkan keduanya. Rongga itu berkemungkinan akan berbentuk bulat. Bagian saluran mungkin lurus, tapi bisa juga berputar mengambil jalur lebih panjang daripada yang sesuai rute konvensional. Secara matematis, teori relativitas umum Einstein memberikan prediksi tentang keberadaan lubang cacing. Tapi, sampai saat ini tak ada yang berhasil menemukannya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.