Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Massachusetts - Perusahaan bioteknologi Moderna akan melaporkan data awal hasil uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 yang dikembangkannya pada bulan depan. Mereka mengatakan komite peninjau data independen akan mengkaji hasil uji klinis yang melibatkan 30 ribu relawan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Moderna sudah mulai menyiapkan distribusi vaksinnya, mRNA-1273, dan diharapkan mampu memproduksi 20 juta dosis pada akhir tahun ini, lalu 0,5-1,0 miliar dosis pada 2021. Rencana produksi itu menyusul tingkat infeksi yang didapat dari hasil uji coba yang diklaim sesuai dengan harapan.
“Kami memiliki model-model kompleks dari apa yang diharapkan dari uji coba di seluruh Amerika Serikat, dan saya kira kami berada di jalur untuk harapan itu," kata Kepala Staf Medis Moderna, Tal Zalks, Kamis 29 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaksin Covid-19 Moderna menggunakan RNA messenger (mRNA) untuk menjiplak protein permukaan virus corona Covid-19 dan mengajarkan sistem imu tubuh untuk mengenali dan menetralkannya. Teknik ini baru dalam pengembangan vaksin dan belum ada yang dipasarkan di dunia. Namun teknik ini juga digunakan Pfizer dan mitranya dari Jerman, BioNTech.
Moderna berharap bisa menindaklanjuti hasilnya tersebut dengan kajian terhadap data keselamatan dari penggunaan vaksinnya itu selama dua bulan ke depan per paruh kedua November nanti. Kajian untuk memastikan tak ada efek samping ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat sebelum ada pengajuan izin penggunaan darurat.
Perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, AS, ini telah menandatangani kontrak dengan pemerintah setempat dan sejumlah negara lainnya seperti Jepang, Kanada, dan Israel. Moderna telah menerima deposit senilai US$ 1 miliar atau lebih dari Rp 14 triliun untuk kontrak tersebut, belum termasuk pembicaraan yang masih dijalin dengan sejumlah negara di Eropa.
Perusahaan itu juga mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan program COVAX yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai usulan batas harga vaksin mereka.
Khusus dengan AS, berdasarkan hibah yang sudah diterima, Moderna terikat kontrak untuk menyediakan 100 juta dosis dengan harga US$ 25 per dosis. Berdasarkan kontrak itu pula, Pemerintah AS memiliki opsi untuk membeli 400 juta dosis tambahan lagi.
"Saya yakin bahwa jika kami meluncurkan vaksin Covid-19 kami, maka 2021 dapat menjadi tahun perubahan paling penting dalam sejarah Moderna," kata CEO Stephane Bancel.
Moderna adalah satu dari empat perusahaan farmasi dunia di luar Cina yang sudah melakukan uji klinis fase akhir untuk vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan. Yang lainnya adalah Pfizer, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Pfizer, misalnya, mengatakan pada pekan ini kalau pihaknya belum menemukan efek samping serius pada 44 ribu relawan uji klinisnya.
REUTERS | FINANCIAL TIMES