Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bebas tanpa memperkosa

Geoffrey saba dari queensland-australia mengadakan pertunjukan di tim. para kritisi memuji vitalitas, penjiwaan & teknik permainan. penonton puas melihat musik klasik diperlakukan sebagai barang hidup. (ms)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KITA berhadapan lagi dengan Geoffrey Saba dari Queensland - Ausralia, di Teater Tertutup TIM 20 maret tadi. Pemegang medali perunggu tahun 1974 untuk kontes internasional Arthue Rubenstein" itu rupanya amat terkesan oleh pertemuannya dengan publik Indonesia di Jakarta dan Yogya di lima tahun yang lalu. Kedatangannya kali ini atas niat sendiri. Sebagai pemain piano yang berkaliber internasional dari Negeri Kangguru,seniman ini punya beberapa keistimewaan. Para kritisi memujikan vitalitas, penjiwaan dan tehnik permainannya. Sementara itu ia masih sanggup mempertahankan rasa, sehingga permainannya tidak hanya sekedar ketrampilan. Ia tidak hanya menguasai tetapi memainkan. Chopin Abad 20 Yang pertama dibawakannya sebuah komposisi pendek dari Mozart: "Nine Variations on a Minuet by Duport K 573" Kecermatan yang dibutuhkan untuk- menggenjot nomor ini ada pada Geoffrey tanpa disertai urat-urat yang tegang. Inilah yang membuka suasana pertunjukan jadi intim. Berbeda dengan Mozart biasanya, Mozart lewat Geoffrey sangat santai. Terasa pada kita bahwa penafsiran dan faktor latar belakang pemain pada masa ini bertambah penting artinya. Setidak-tidaknya kenyataan atau gerakan bahwa karya-karya klasik tidak berhenti begitu saja dalam sebuah moselium. Mereka lahir, mengalir dan hidup setiap kali menghadapi orang-orang kreatif. Setelah Mozart, terdengar "Twenty Four Prelude Op. 28" karya Chopin. Di sini lebih jelas lagi bagaimana orang Australia ini menunjukkan betapa penting artinya interpretasi. Dengan tekun ia memuntahkan tidak hanya Chopin tetapi juga seluruh dirinya. Ia Chopin abad ke-20. Ia bermain dengan amat ekspresif. Komposisi tetap merupakan alur di mana ia harus lewat. Akan tetapi ia bukan mesin, ia memanfaatkan setiap lubang yang ditemukannya. Melayang, monoton, menanjak deras, lalu mengendor, kempes, merosot ke bawah dengan tajam. Semuanya dengan kontrol yang baik. Caranya mendekati Chopin serta perlakuannya terhadap komposisi tanpa mengorbankan baik jiwa Chopin maupun jiwanya sendiri, menyebabkan permainannya khas. Penonton pun kelihatannya setuju dengan langkah Geoffrey ini. Untuk nomor Chopin yang bercipratan nada bagaikan lukisan ekspresionis itu terdengarlah keplok panjang. Tentu saja ada yang kecewa, menganggap Chopin telah diperkosa. Untuk ini Geoffrey memberikan sebuah nomor yang halus lewat ".'Sonata No.4 in F Sharp Op.30" milik komponis "'.Scriabin". Dengan didahului oleh anggukan yang dalam, pianis ini kemudian membawa penonton pada Rachmaninov. Ia memilih "Three Etude Table aux". Komposisi yang terdiri dari 3 bagian tersebut dilayaninya dengan sikap yang sama. Bebas namun tidak memperkosa. Tapi pada kesempatan ini ia agak kewalahan, Komposisi yang cukup ruwet dengan perbauran berbagai rasa itu, tidak dapat disampaikannya selancar nomor-nomor sebelumnya. Bukan "Anak Manis". Untuk menutup resital Geoffrey berusaha jadi orang "baik-baik". Dipilihnya "Firebird" dari "Stravinsky/ Agosti. Pada intro, permainannya sangat sederhana. Sampai pertengahan komposisi Geoffrey membiarkan pijitan-pijitannya lepas dengan tenang. Tapi kemudian perlahan-lahan ia bangkit lagi. Raut mukanya berkeringat Anak Benua Kangguru ini bersemarak lagi. Ia menggebu-gebu dan menumpahkan seluruh dirinya. Ia benar-benar bukan "anak manis" yang menghafal, ia ingin berekspresi. demikianlah malam piano yang dikunjungi banyak penonton muda ini berakhir. Penonton kelihatan puas melihat musik klasik diperlakukan sebagai barang yang hidup. Sementara mereka yang ingin melihat permainan yang mapan, tertib, agaknya terpaksa malam itu menyabarkan diri sedikit. Pada penampilan malam itu, Geoffrey telah ditunjang oleh Pusat Kebudayaan Australia. Sebagaimana diketahui kerjasama tukar menukar seniman antara Australia-Indonesia--khususnya musik sampai saat ini kelihatan lancar. Geoffrey Saba pilihan yang tidak mengecewakan. Alumni Universitas Quensland dan Melbourne ini juga murid dari musikus Australia yang terkenal "Ada Gorder". Geoffrey-lah orang pertama yang diberikan beasiswa oleh Australia untuk belajar musik di luar negeri. Ia telah mengadakan pertunjukan di Inggeris, Amerika, Italia, Polandia, Jerman Barat, Timur Tengah dan Asia Tengyara. Di Australia ia seorang tokoh. Di sini, tamu yang tidak mengecewakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus