Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Di balik rezeki batu

Bursa batu akik di rawabening, jatinegara, jak-tim. sebuah proyek pengolahan batu alam untuk dijadikan batu mulia diresmikan menperin hartarto di wonogiri. perajin tradisional mengharap "bapak angkat".

20 Mei 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB batu tenggelam, ujar sebuah amsal. Tapi tidak untuk batu aji alias batu akik. Dan bebatuan dari Bukit Seribu tersebut di hari-hari belakangan ini semakin mengkilap saja. Sebuah proyek pengolahan batu alam untuk dijadikan batu mulia akhir bulan silam diresmikan Menteri Perindustrian Hartarto di Wonogiri, Jawa Tengah. Adalah PT Pusri Palembang, awal November 1988, membangun 2 pabrik Unit Bina Industri Batu Mulia (Ubibam) di sana. Namanya Ubibam Sri Giri Sejati, lokasinya di Kecamatan Girimoyo. Sedang Ubibam Sripati di Gendaran, Donorejo, Pacitan. Kedua pabrik ini bernilai 200 juta rupiah. Diharapkan proyek ini akan ikut membina masyarakat di sini, sehingga mampu mengolah batu alam menjadi barang perhiasan. "Kelak mereka bisa pula mandiri, menggunakan mesin modern, atau membuat desain baru untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor," ujar Sri Pujo Budi laksono. Maka, proyek ini lebih bersifat sosial kemanusiaan, karena kurang mementingkan segi komersialnya. "Bila sudah ahli mereka dapat membuka usahanya sendiri di rumah masing-masing," kata manajer Ubibam itu lagi. "Saya senang bekerja di pabrik ini, karena tak perlu ke kota. Apalagi di kota sukar sekali cari kerja. Saya tidak terpengaruh jadi pegawai negeri," kata Sugiyanto, yang kini merasa mantap di Ubibam Sejati. Ia jebolan SMA. Sebelumnya, 30 orang pemuda, calon perajin asal Kabupaten Wonogiri, selama 30 hari telah dilatih di CV Triasky EMMS, Cibogo, Bogor. Kompanyon usaha PT Pusri Palembang ini telah berpengalaman mengolah batu alam menjadi perhiasan, bros, batu cincin, dan bermacam aksesori. Berbagai jenis barang perhiasan dari batu itu bisa juga didapat di bursa batu akik Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur. "Sudah lama batu-batu itu dihiarkan berserakan. Kami tidak tahu bahwa batu-batu itu ternyata mahal harganya," kata Ibu Sugiyanto sambil melihat kebun di belakang rumahnya. Dengan didirikannya Ubibam, suasana Desa Sejati dan sekitarnya menjadi ramai. "Proyek ini akan membawa manfaat yang besar sekali, meningkatkan pendapatan penduduk dan membuka lapangan kerja," kata Pranoto, Humas Pemda Wonogiri. Tapi kedatangan Ubibam juga menimbulkan cemas di hati Kadiran. Ia perajin tradisional dari Donorejo, Pacitan. "Peralatan kami sederhana, maka tidak mungkin bersaing. Dan kami juga tak punya modal," katanya. Karenanya, ayah dua anak itu berharap Ubibam nanti memang benar berperan sebagai "bapak angkat". Kadiran mempekerjakan 5 anak buah, yang memberi pendapatan bersih Rp 400 ribu per bulan kepadanya.Burhan Piliang, Nani Ismiani, Agung Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum