Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung -Mulai Maret 2020 Pidi Baiq akan mulai menggarap film baru. Seniman Bandung itu akan kembali berduet dengan sutradara Fajar Bustomi seperti saat membesut trilogi film Dilan-Milea. Ceritanya pun sama-sama berangkat dari novel tulisan Pidi Baiq yang terbaru, judulnya Helen dan Sukanta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu Pidi tetap manggaet Titien Wattimena untuk menulis naskah. Lelaki kelahiran Bandung 8 Agustus 1972 itu ingin aktris pemeran utamanya spesial. “Harus orang Belanda asli karena Helen bukan indo,” ujarnya kepada Tempo Rabu malam 27 Februari 2020 di ruang kerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hitungan Pidi, film itu memerlukan tiga aktris perempuan Belanda untuk memerankan Helen semasa kecil, dewasa, dan tua. Helen sendiri telah wafat di Amsterdam Belanda pada 12 Juni 2012. Adapun pemain lain yang memerankan orang Belanda bisa blasteran atau indo dan tinggal di Indonesia.
Helen Maria Eleonora lengkapnya merupakan nama samaran. Perempuan Belanda kelahiran Ciwidey 1924 itu semasa remaja jatuh hati pada warga lokal bernama Sukanta. Sempat ditentang keluarganya, rintangan lain yang harus mereka hadapi menyangkut status sosial dan kondisi perang. Mereka harus berhadapan dengan orang pribumi dan tentara Jepang yang datang ingin menjajah pada 1942.Pidi Baiq (kanan) dan sutradara Fajar Bustomi menjawab pertanyaan penggemar saat peluncuran prangko Dilan di Graha Pos Indonesia, Bandung, 6 Maret 2018. Prangko dicetak dalam empat desain. TEMPO/Prima Mulia
Novel terbaru Pidi itu telah beredar sejak Oktober 2019. Produser dari Max Pictures Ody Mulya Hidayat kepada Tempo di Bandung mengatakan setelah tiga film cinta Dilan dan Milea tuntas, mereka meneruskan kerjasama dengan Pidi Baiq. Novel Helen dan Sukanta dilirik untuk diangkat ke layar lebar. “Saya ingin Pidi tidak hanya kuat di cerita Dilan tapi di semua lini,” katanya 7 Februari 2020.
Berbeda dengan Dilan yang berkisah cinta remaja, menurut Pidi Baiq, Helen dan Sukanta bergaya lebih dewasa. Latar tahun peristiwanya pun lawas yaitu sekitar 1930-1940-an. Pekerjaan selanjutnya yaitu mencari pemain yang pas.