Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Hanung Bramantyo Bakal Filmkan Seluruh Buku Tetralogi Pulau Buru

Sutradara film Bumi Manusia, Hanung Bramantyo menjawab tudingan Iqbaal Ramadhan yang dianggap kurang cocok memerankan tokoh Minke.

5 Juli 2019 | 10.16 WIB

Hanung Bramantyo. TABLOIDBINTANG.COM
Perbesar
Hanung Bramantyo. TABLOIDBINTANG.COM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara film Bumi Manusia, Hanung Bramantyo berencana membuat film lanjutan dari Bumi Manusia. Film yang diangkat dari tetralogi Pulau Buru, karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer ini, akan dibuat sekuelnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Saya punya mimpi, empat-empatnya saya filmkan. Bisa jadi di film yang kedua bukan Iqbaal Ramadhan yang memerankan karena Minke tumbuh," ujar Hanung Bramantyo dalam konfresi pers di Epicentrum XXI Jakarta, Kamis, 4 Juli 2019.

Hanung Bramantyo mengatakan heran dengan banyaknya opini tak sedap ketika Iqbaal Ramadhan dipercaya berperan sebagai Minke dalam film Bumi Manusia. Menurut dia, pemuda 19 tahun itu cukup menjadi representasi dari Minke, lelaki muda yang diceritakan dalam buku Bumi Manusia.

Opini tidak sedap juga berseliweran atas karya Pramoedya Ananta Toer yang difilmkan. Yang jelas Hanung Bramantyo tak masalah dengan semua itu. Bagi Hanung, pembuatan film Bumi Manusia bukan sekadar pekerjaan yang dilakoni, melainkan sebuah pengabdian.

Menurut Hanung Bramantyo, film Bumi Manusia merupakan karya fiksi yang berlatar sejarah. Dengan begitu, siapapun dapat menjadikannya sebuah film. "Boleh dong kami membuat fiksinya dan berkreasi," ucap dia.

Untuk memantapkan hasil filmnya, Hanung melakukan berbagai riset. Dari kostum hingga properti terkecil di film Bumi Manusia, dia perhatikan. Sebagai contoh, kain yang digunakan para pemain di film itu, bukanlah batik Yogyakarta ataupun Solo, melainkan batik pesisir.

Hanung Bramantyo berpesan kepada para penggemar Bumi Manusia untuk melihat buku tersebut sebagai sebuah karya. Bukan sosok besar Pramoedya Ananta Toer, yang kemudian tidak dapat menilai secara netral antara karya fiksi dan catatan sejarah. "Buat temen fans Bumi Manusia, baca saja lima kali, kalau perlu diurai. Setelah itu kita renungkan bareng dan tanya sejarawan," kata dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus