SEORANG wanita asing, muda dan ~ cantik, berteriak histeris dari bibir panggung sambil melepas rompi pakaian malamnya: "Please, sing one more song." Dari sudut lain sekelompok wanita menyambutnya dengan: Yeah.... Dan penonton lain bertepuk. Histeria ini muncul di Puri Agun~g Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Jumat pekan lalu, tatkala penyanyi kelas internasional yang berwajah tampan dan bersuara jantan, Julio Iglesias, menunjukkan kebolehannya. Acara ini diselenggarakan Yayasan Penderita Anak Cacat (YPA~) untuk malam amal. Pertunjukan tersebut diawali dengan lagu Ni Te Ten 40. Dalam suara bariton ia muncul dari balik panggung, ketika band dan penyanyi latar sudah lebih dulu melakukan intro. Jam menunjukkan pukul 20.45 WIB, seperempat jam lebih lambat dari jadwal. Usai lagu pertama, Iglesias yang mengenakan jas berkerah lebar warna gelap menyambungnya dengan Mexico, Nathali, All of You, Latino, dan Too Many Women. Keringat mulai membanjir di dahinya. Gitar meliukkan iramanya ketika When I Need You masuk ke lagu berikutnya. Penonton mulai panas. Iglesias sendiri sebetulnya tak banyak melakukan "gerak panggung". Goyangannya hanya nampak sesekali pada gerakan tangan dan perut. Malah matanya sering terpejam. Justru itu yang membuat penonton terutama wanita gemas. Keenam awak band, Antonio De Corral (gitar), Vicente Tarazone (bas gitar), Davia Accorso (drum), Tim Devine (keyboard), James Theo Bald (perkusi), dan Rafass Ferro (piano meran~kan maestro) bermain kompak. Tiga penyanyi latar berambut panjang bergaun model tank top long dress, Deborah, 23 tahun, Dahlia, 28 tahun, dan Terry, 30 tahun, tak saja cantik tetapi juga memiliki suara indah, kadang melengking, mendayu, mendesah. Julio Iglesias, 47 tahun, lahir di Madrid, Spanyol. Anak seorang ahli fisika ini semula bercita-cita jadi diplomat. Tapi nasib malah menggiringnya ke lapangan bola olahraga yang kemudian sangat digilainya. Ia jadi pemain sepak bola kesebelasan profesional Real Madrid, dengan spesialisasi penjaga gawang. Tapi di sini pun cita-citanya kandas. Ia terpaksa meringkuk di tempat tidur setahun lamanya gara-gara kecelakaan mobil. "Saya hampir putus asa," kata Iglesias, mengenang saat ia terkapar. Seorang perawat menghadiahkan sebuah gitar. "Saya tak pernah membayangkan akan menjadi penyanyi. Saya memetik gitar hanya untuk menghibur diri," ujarnya lagi. Dan nasib baik sedang berpihak padanya. Kariernya sebagai penyanyi dirambah tahun 1968. Pada usia 25 tahun itu, ia menjuarai Festival de la Cancion di Benidorm, Spanyol. Namanya mulai melambung. Lagunya La Vida Sigue Igual langsung melejit ke tangga nomor satu dalam waktu dua minggu. Setelah itu, sukses demi sukses bagai tak pernah berhenti. Sampai saat ini ia telah mengadakan 2.158 konser di seluruh dunia, muncul 793 kali di program TV di 69 negara. Penjualan albumnya juga mencatat rekor, 100 juta album terjual dalam lima bahasa (Portugis, Italia, Prancis, Inggris, dan Jerman). Karena itu, namanya tercatat dalam Guinness Book of World Record. Rekor lain, 221 piringan platina dan 680 piringan emas. Rekor yang hanya bisa ditandingi oleh The Beatles dan Elvis Presley. Iglesias pernah menyanyi di depan kepala negara seperti Anwar Sadat, Menachem Begin, Reagan, Juan Carlos. Dan berkali-kali ganti-ganti pasangan duet. Ia pernah menyanyi bersama Dianna Ross, Willie Nelson, The Beach Boys, Placido Domingo, dan Stevie Wonder. Pada usia 28 tahun ia menikahi wanita Filipina, Isabel Preysler. Setelah delapan tahun menikah dan mempunyai tiga anak Chabeli, Julio Jose, dan Enrique -- mereka bercerai. Sejak itu wanita silih berganti datang ke pelukan Iglesias. Ia pernah mengaku punya pacar 2.000, punya istri 40, dan tak bisa bekerja kalau tak dikelilingi wanita. Namun, penampilan di panggung play boy kelas berat ini tetap terhormat dan memikat -- seperti yang nampak malam itu di Hotel Sahid. Setelah lagu Brasil, perkusi mengentak, langsung masuk El 'Amor. Penonton terkesima dengan lagu bertema cinta ini. Ada penonton wanita yang sampai menitikkan air mata. Selesai la~gu itu, musik mendadak redup, hanya denting perkusi terdengar sayup-sayup. Iglesias mengalunkan Monalisa dengan lembut. Masuk ke lagu berikutnya, ia mengatakan, "Saya sudah tua. Dan saya ingin duduk sekarang." Tiga dara penyanyi latar pun megn~entak: Bamboleo . . . bamboleo .... Ternyata lalu Bamboleo dibawakan dengan bersemangat pula dan disambung La Paloma sambil mengajak penonton bertralala. Ada 28 lagu yang disajikan malam itu -- empat di antaranya atas permintaan penonton. Tepat pukul 22.30 WIB, Iglesias mengakhiri petunjukannya lewat lagu To All The Girls. "Terima kasih untuk datang ke sini malam ini, and thank you for spending so much money," katanya. Ia kemudian menyerahkan buket bunga kepada gadis cilik penyandang cacat. "Suatu hari kelak, saya akan kembali lagi ke sini," katanya pada ~gadis itu, lalu menciumnya. Ini memang pertunjukan amal -- dan mahal. Undangan VIP Rp 1 juta, kelas I Rp 750.000, dan kelas II Rp 500.000. Karcis kelas VIP terjual habis. Lebih dari 800 undangan hadir malam itu. Dan ternyata memang banyak orang berduit di Jakarta yang mau beramal -- sementara kelompok-kelompok seni di sini ada yang megap-megap dalam memperoleh sponsor. Entah karena memang Julio Iglesias orang hebat. Tepat pukul 00.00 WIB tengah malam, Iglesias pun terbang ke Kuala Lumpur, didampingi manajernya, dengan pesawat jet pribadi. Luar biasa. Sri Pud~yastuti R.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini