Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Suksesi alamiah

Konon suku dayak kenyah, berasal dari yunan, negeri cina. dari perbauran dengan penduduk setempat lahir suku kayan, dayak bahau dan dayak huang sak. mereka membuka hutan sebagai peladang tradisional.

15 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBURU ke padang datar berarti berguru kepada alam. Jangankan rusa belang kaki, rusa mulus pun mengisyaratkan larangan bagi Dayak Kenyah di dataran tinggi Apo Kayan. Sedikitnya ada tiga satwa dipercayai sebagai petunjuk dari roh gaib untuk tidak merusak lingkungan: ulat berkepala dan ekor merah, katak besar, dan rusa. Jika satu dari tiga makhluk itu berpapas saat meneruka hutan, orang Dayak Kenyah kontan menghentikan gerakan. "Itu isyarat roh gaib bahwa kami tidak boleh menempati tanah di situ," kata Amai Ebat, tetua adat setempat. Mereka lalu beringsut ke tempat lain. Kalau isyarat diabaikan, itu bisa mengundang bala. Untuk membuka lahan perladangan, mereka juga tak mengenal aji mumpung, melainkan mematuhi aturan main. Misalnya, lokasinya jelas belum bertuan. Tiap anggota kelompok dibagi sesuai dengan hasil musyawarah yang dipimpin kepala adat. Seterusnya palau tau, alias wak dukun, yang mengurusnya. Hutan mereka bakar hanya siang hari. Palau tau membaca arah angin. Selama api berkobar harus ditunggui, agar jangan menjilat bagian hutan yang tak diinginkan dan menyentuh ladang orang. Bila ada penyimpangan, mereka segera berhadapan dengan otokritik: itu artinya ada syarat yang kurang. Satu lahan ditempati hanya untuk tiga kali masa panen, atau sekitar tiga tahun. Tanah bekas perladangan tadi mereka yakini diurus oleh alam sehingga menghutan lagi. Hasil suksesi yang alamiah itulah yang mereka pelihara. "Peladang tradisional seperti di Dayak itu tidak mau merusak hutan. Kaum pendatanglah yang merusak," kata Bob Hasan, Ketua Umum Masyarakat Perkayuan Indonesia (MPI) kepada Zakaria M. Passe dari TEMPO di London, beberapa waktu lalu. "Hutan itu bagian hidup kami," ujar Amai Ebat. Malah, ada beberapa akar pohon yang mujarab mereka pakai sebagai obat, misalnya kayu pasak bumi. MDBO MDNMDituturkan turun-temurun bahwa hulu tambo suku Dayak Kenyah itu dari Yunan, Negeri Cina. Sekitar abad ke-6 nenek moyang mereka terdampar di belahan barat Kalimantan, lalu bergeser bagai keong menyusur darat. Untuk menempuh jarak 10.000 km sampai di tempat sekarang, perlu 12 tahun. Dari perbauran dengan penduduk setempat lahir sejumlah suku, seperti Dayak Kayan, Dayak Bahau, dan Dayak Huang Sak. ApoKayan masuk Kecamatan Kayan Hulu di Kalimantan Timur, dekat batas dengan Sarawak. Orang Kenyah sangat ramah menerima kunjungan tetamu. Generasi mudanya banyak yang mengirah sayap mengarungi samudera kehidupan di kota-kota, seraya berupaya mengangkat harkat sanak saudara yang masih terbilang miskin. "Kami tidak mau dijadikan museum hidup seperti diinginkan turis asing," komentar seorang pemuda Dayak Kenyah yang sudah mengecap pendidikan di kota. Ed Zo~elverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus