Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Iwan Yusuf membuat sketsa relief di Gedung Sarinah, Jakarta, memakai medium jaring nelayan.
Ukuran dan bentuk sketsa sama persis dengan relief di lantai Gedung Sarinah itu.
Ia menggunakan jaring nelayan yang tak terpakai dari Gorontalo dan Malang.
Di tangan Iwan Yusuf, jaring nelayan yang sudah tak berguna, terbengkalai, menjadi medium yang menarik untuk berkarya. Dengan material jaring itulah, Iwan, seniman asal Gorontalo itu, menduplikasi relief di lantai dasar Gedung Sarinah, Jakarta, menjadi sketsa yang asyik untuk dinikmati. Jaring yang berwarna hijau pun menjadi hitam karena efek lampu sehingga tampak seperti goresan arang. Beragam jenis jaring dipergunakan untuk membuat karya dua dimensi dari relief misterius itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya Iwan memperlihatkan obyek yang sama persis dengan relief, yakni menggambarkan para petani perkasa di Tanah Air. Di sisi kiri, tiga petani laki-laki dengan tubuh yang berotot, bertelanjang dada. Satu petani memegang alat pertanian dalam posisi muka menengok ke arah dua petani bercaping dan membawa ikatan padi. Di bagian agak kanan terlihat relief yang menggambarkan dua petani sedang memikul hasil bumi dan menunggui berbagai jenis hasil panen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di bagian agak tengah kiri, dua petani perempuan berkain dan berkebaya mengusung hasil pertanian, seperti batang tanaman yang agak lancip. Dua petani perempuan membawa kendi dan seorang perempuan lain menyunggi tampah. Di bagian kanan, tiga petani perempuan membawa hasil bumi dalam keranjang di kedua tangannya dan seorang lainnya menyunggi tampah yang juga berisi hasil bumi. Dua kerbau menjadi titik tengah relief berlatar alam perdesaan, gunung, dan cerobong pabrik itu.
Pameran "Studi Relief dalam Jaring" di Distrik Seni X Sarinah, Jakarta, 21 Maret 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Lukisan alih wahana karya Iwan mempunyai dimensi dan perbandingan yang sama, yakni 1:1. Panjang 15 meter dan tinggi sekitar 3 meter. Sama persis dengan relief di dasar gedung. "Lukisan" jaring karya Iwan masih sendirian di lantai 6 Gedung Sarinah yang baru dibuka secara terbatas. Rencananya lukisan karya Iwan ini akan bersanding bersama karya para seniman lain dalam program Distrik Seni X Sarinah bertema Berdikari. Karya-karya ini baru bisa dinikmati publik pada 1 Juni 2022.
Proses kreatif Iwan yang mengalihwahanakan relief menjadi lukisan ilusi jaring digarap di Yogyakarta selama sebulan, sejak 20 Februari 2022. Ia memanfaatkan jaring-jaring bekas yang banyak dilihat di sekitar pantai di Gorontalo. Jaring-jaring itu kemudian dikirim secara bertahap ke Yogyakarta. Selain menggunakan jaring nelayan Gorontalo, Iwan memanfaatkan jaring asal Thailand yang banyak ditemukan di Malang.
Jenis jaring yang dipakai untuk membuat lukisan ilusi ini cukup beragam. "Ada delapan-sembilan jenis. Ada jaring, ada waring. Misalnya, D6, D8, D9, D12. Makin besar angka, makin lebar,” ujar Iwan kepada Tempo, Senin, 21 Maret 2022.
Relief patung petani di lantai dasar Gedung Sarinah, Jakarta, 21 Maret 2022. TEMPO/Dian Yuliastuti
Beragam jaring itu tak semuanya utuh. Ada bekas-bekas sobekan bawaan. Iwan beserta kru, yang merupakan mahasiswa ISI Yogyakarta, menyambung dan menjahitnya lagi. Iwan memulainya dengan membuat sketsa lukisan arang dari foto-foto relief secara detail. Setelah itu, Iwan mulai membuat gambar yang lebih besar di jaring. Ia membuat sketsa dengan isolasi berwarna biru. Iwan membaginya menjadi tiga bagian masing-masing sepanjang 5 meter lantaran studionya tak terlalu besar. Ia mulai membentangkan jaring sepanjang 5 meter, menjahit, menyambung, dan menjepitnya dengan tusuk sate. Selanjutnya, barulah ia mulai "melukis".
Kendala awal berproses adalah bahan jaring yang tidak langsung tersedia karena jaring dari Gorontalo dan Malang datang bertahap. Awalnya ia dibantu empat kru tetap, tapi menjelang deadline, ia menambah lima kru lagi. Tiga jaring kemudian disatukan dan diselesaikan di Jakarta. Tantangan lainnya adalah waktu yang cukup mepet sehingga ia tak bisa meriset langsung relief di Sarinah.
Melukis dengan medium jaring ini tentu tak mudah, meski Iwan sudah cukup lama menggunakan medium ini. Sebagai dasar lukisan atau "kanvasnya", ia menggunakan sebagian besar jaring buatan Thailand dari Malang, yakni jaring D6. Iwan menerapkan perlakuan dan menggunakan jenis jaring yang berbeda untuk setiap obyek dalam lukisan tersebut. Ia mencontohkan perlakuan berbeda untuk mewujudkan lukisan setiap benda, seperti binatang, kulit, badan perempuan dan laki-laki, kain, serta kebaya.
Relief di Sarinah, Jakarta, 21 Maret 2022. TEMPO/Muhammad Hidayat
Untuk kulit obyek laki-laki, ia menggunakan jaring dari Gorontalo yang lebih besar ukuran kotaknya. Sedangkan untuk kebaya, kain, atau tubuh perempuan, Iwan menggunakan jaring yang berbeda lagi. “Jaring yang diuyel atau ditarik dan direnggangkan akan menghasilkan tekstur berbeda,” ujarnya.
Untuk mempertajam ilusi dan perspektif, ia bermain seperti konsep sketsa arang. Ia harus memperhatikan kotak, jenis jaring, atau waring. Tujuannya untuk memperlihatkan obyek yang lebih halus, bagian yang lebih dalam, atau lebih jauh. Seperti jenis kain dan kebaya yang berbeda-beda atau sapi yang terlihat lebih kecil karena perspektif obyek di kejauhan. Ia mengaku bagian tersulit adalah menggarap sapi. “Yang paling sulit itu kepala sapi. Butuh tiga jam hanya untuk kepala sapi. Karakter dan wajah sapi harus terlihat. Perspektif paling jauh, ruang bermain kotak juga kecil.”
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo