Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Jazz ’Spicy’ Lindemann

Francois Lindemann menyuguhkan jazz beraroma world music yang legit di Gedung Kesenian Jakarta. Ada tembang Jawa Ilir-ilir dan lagu Bali Baris dalam aransemen baru.

16 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULANYA suara suling yang naik-turun. Sesekali berada di antara nada-nada tinggi, sesekali dalam nada-nada rendah. Suling bambu di tangan pemusik asal Yogya, Djaduk Ferianto, sama sekali tidak melankolis. Dari karakternya yang dinamis, dalam sekejap penonton pun bisa mengenali asal-usul sang musik: Bali. Suasana tak berubah manakala gong, lantas gamelan, mengikuti dari belakang. Nuansa Bali yang pentatonis baru berubah tatkala piano Francois Lindemann, kontrabas Claude Tchamitchian, serta saksofon Jacques Schwarz-Bart ikut nimbrung.

Itulah aransemen unik untuk lagu tradisional Baris asal Pulau Dewata. Akhir pekan lalu, di Gedung Kesenian Jakarta, musik hasil pertemuan Barat-Bali, diatonis-pentatonis, itu berakhir dengan gumaman seakan mantra dari vokal Djaduk. Baris merupakan bagian dari sebuah kolaborasi musik yang bertajuk Rhythms Meeting. Sembilan musisi dari berbagai negara—Swiss, Prancis, Amerika Serikat, Cina, Maroko, dan Indonesia—turut serta dalam pertunjukan. Itulah pertunjukan kedua, setelah pertemuan pertama di Maroko pada awal 2009.

Proyek selama tiga bulan ini berangkat dari ide pianis jazz senior asal Swiss, Francois Lindemann. Ia ingin menelusuri kembali negara-negara yang pernah memberinya sejuta inspirasi: Maroko, Indonesia, Thailand, dan India. Sembilan musisi ini melakukan residensi selama sepekan di Yogyakarta dan dua pekan di Maroko sebelum tampil di Jakarta.

Pada konser di Jakarta, mereka menampilkan sembilan komposisi. Selain disuguhi Baris, penonton memperoleh sensasi unik dalam tembang dolanan Jawa, Ilir-ilir. Lagu ini memperoleh interpretasi yang terus berubah. Dibuka oleh gesekan biola Abdelaziz El Achhab asal Maroko, nuansa asal permainan dalam tembang ini menguap menjadi liris-liris misterius. Suasana muram kemudian masuk ke dalam tembang melalui permainan kontrabas Tchamitchian. Nuansanya terus berubah melalui beragam alat musik. Begitu eksploratif sehingga, di akhir komposisi, penonton menyempatkan diri melakukan standing ovation selama dua menit.

Eksplorasi nada memang mulai terasa sejak komposisi I offer a rose, lagu tradisional dari Cina. Adalah Ling Ling Yu, pemetik lute (sejenis gitar asal Cina), yang memberikan warna, baik secara harfiah maupun musikal. Ia menjadi satu-satunya musisi perempuan dalam konser malam itu. Dalam balutan gaun cheongsam warna emas, Yu menjadi kontradiksi ketika semua musisi lelaki memilih warna hitam bagi kostum mereka. Walau nuansa Tiongkok cukup kental, duet dahsyat Yu dan Tchamitchian pada senar kontrabas rupanya mampu membuka kotak pandora. Sebuah sinergi terbentuk, dan Jakarta pun bersorak.

Malam itu, konser milik semua musisi. Lindemann sebagai pemimpin proyek memberikan ruang yang sama besar bagi semua musisi. ”Kami semua adalah saudara,” ungkapnya. Misalnya duet Sangoma Everett pada drum dengan perkusi Azzedine Boulaaroug dalam komposisi Rhythms Meeting, yang membuat suasana gaduh oleh siulan penonton yang takjub akan permainan mereka.

Apresiasi penonton terlihat sejak awal konser. Sayang, kenikmatan musikal—baik bagi musisi maupun penonton—terganggu oleh kendala teknis. Berkali-kali suara mendengung keluar dari mike. Sedangkan Everett sang drumer berkali-kali meminta sound direndahkan, tentu melalui gerakan tangan. Namun itu semua mudah dilupakan berkat konser legit dan renyah ala Lindemann. Mereka pun bersiap menuju daerah tujuan lain hingga konser penutup di Swiss pada Maret mendatang.

Sita Planasari Aquadini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus