Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Ketika Para Penyihir Masuk Hollywood

Sekali lagi, Hollywood membuat sebuah komedi romantik tentang Owen bersaudara yang memiliki kekuatan sihir. Lucu, romantik, tetapi tak memiliki kedalaman dibandingkan dengan The Witches of Eastwick.

18 Januari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRACTICAL MAGIC
Sutradara: Griffin Dunne
Skenario:Robin Swicord, Akiva Goldsman, dan Adam Brooks
Pemain:Sandra Bullock, Nicole Kidman
Para penyihir pun bisa menjadi mahluk yang baik.

Di keteduhan rumah besar dan pohon rindang itu, Sally dan Gillian Owens tumbuh sebagai anak-anak perempuan yang cantik,menarik, ramah, tetapi... berbeda dari yang lain. Sejak kematian orang tuanya, mereka dibesarkan oleh kedua bibinya, Jet (Dianne Wiest) dan Frances (Stockard Channing), yang memiliki kekuatan sihir. Maka Sally, berbeda dengan anak-anak lain, hidup tanpa aturan: makan pagi dengan kue cokelat, tidur pada jam yang tak beraturan, dan mempelajari jampi-jampi dari buku sihir bibi yang menginginkan kekuatan itu menurun pada para keponakan yang cantik. Namun, seiring dengan kekuatan sihir yang dimiliki, mereka kemudian juga seperti ''mendapatkan" sebuh kutuk yang mengerikan: lelaki yang dicintai biasanya akan tewas.

Sally, pada masa dewasa (diperankan dengan baik oleh Sandra Bullock) bertekad membesarkan anak-anaknya dengan cara yang lebih ''normal" dan ''konvensional". Dia tak bersedia menggunakan kekuatan sihirnya karena ingin hidup seperti keluarga lain yang biasa-biasa saja, meski Sally harus menyadari bahwa bagaimanapun ia tetap berbeda dan keluarganya akan selalu diisolasi karena perbedaan itu. Sampai suatu hari ketika Gillian—adik Sally yang sudah dewasa (diperankan dengan baik oleh Nicole Kidman)—yang lincah, kenes, dan menikmati kekuatan sihirnya untuk menaklukkan lelaki, terlibat sebuah bencana. Pacarnya yang posesif, tanpa sengaja, tewas terbunuh oleh ramuan sihirnya. Maka, kedua penyihir muda yang cantik itu dikejar oleh Detektif Gary Hallet (Aidan Quinn). Apa yang harus dilakukan? Sutradara Griffin Dunne (yang berhasil melalui film komedi romantik Addicted to Love) mencoba bermain dengan sebuah dunia ''lain" di luar ragawi; sebuah kisah tentang kemampuan-kemampuan manusia yang istimewa, yang di luar wilayah logika—tapi toh eksis—yang kemudian diramu menjadi sebuah komedi yang cerdas.

Film-film yang melibatkan kekuatan sihir, dari yang serius seperti The Crucible —dengan pemain Daniel Day Lewis dan Winona Riders—hingga film serial televisi Bewitched atau film The Witches of Eastwick karya George Miller, yang dibuat berdasarkan novel John Updike yang menyorot kehidupan para penyihir abad modern dengan humor. Namun, harus diakui, sejauh ini film The Witches of Eastwick, yang menampilkan penyihir Jack Nicholson melawan trio penyihir amatiran Susan Sarandon, Cher, dan Michelle Pfeiffer, lebih berhasil memperlihatkan kehidupan penyihir, di antara ''manusia biasa" dengan subtil, puitis, sekaligus dialog jenaka yang disajikan dengan cemerlang oleh Jack Nicholson. Penyihir, dalam film ini, dianggap sebagai bagian dari kehidupan manusia yang wajar dan biasa, dan bahkan, seperti ''manusia biasa" lain, para penyihir memiliki jenis ''penyihir baik" dan ''penyihir jahat".

Film Practical Magic sebaliknya justru memperlihatkan betapa berbedanya kehidupan dan fitrah para penyihir dengan kehidupan manusia awam, sehingga terlihat garis demarkasi yang jelas: penyihir itu aneh dan mengerikan; orang awam adalah kumpulan yang saleh dan pasti benar. Sutradara Griffin Dunne kemudian mencoba menjungkirbalikkan tesis itu, bahwa para penyihir pun adalah makhluk baik-baik yang memiliki nurani. Bahkan dalam peristiwa ''pembunuhan tak sengaja" itu, kedua kakak beradik itu dianggap tak bersalah karena pembunuhan terjadi akibat membela diri atas penyerangan sang lelaki durjana.

Jika film The Witches of Eastwick mengakhiri film dengan sebuah akhir yang terbuka, Practical Magic tentu saja menunaikan tugasnya sebagai sebuah film yang komplet dengan ramuan Hollywood: menggunakan aktris Sandra Bullock yang sedang populer, mengakhiri konflik dengan baik karena warga sekampung bisa memahami hidup para penyihir yang baik, roh jahat dapat diusir dan yang penting: mereka (para sejoli yang jatuh cinta) hidup happily ever after....

Dan tentu hidup tak pernah semudah dan sesederhana itu. Tetapi sejak kapan Hollywood menyajikan sebuah hidup yang nyata?

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus