Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kok Turis Melulu

Upacara pengabenan pelukis I Gusti Nyoman Lempad dimanfaatkan oleh berbagai pihak. siswi sesri asyik melukis PFN, ABC dan mahasiswa LPKJ membuat film, para turis sibuk dengan kameranya. (kbd)

10 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Ubud seperti berada dalam pesta pora, ketika Jum'at dua pekan lalu jenazah Pelukis I Gusti Nyoman Lempad siap diberangkatkan ke kubur untuk dibakar. Sejak pagi desa itu sudah penuh terutama oleh orang asing. Sebagaimana upacara pembakaran mayat yang lain, suasana berkabung praktis tidak muncul. Apalagi upacara ngaben pelukis tua ini lokasinya memang di pusat kunjungan turis. Orang yang terlibat dalam upacara jauh lebih kecil dari yang menonton. Bahkan beberapa mahasiswa LPKJ, yang saat itu juga sibuk membuat film, berkomentar: "Ini kok turis melulu. Mana orang Bali?" Orang Bali, atau tepatnya masyarakat sekitar Ubud, sebenarnya sibuk juga. Misalnya mengacung-acungkan kain, lukisan, patung, di hidung turis. Tetapi turis sekarang ternyata lebih senang memotret dari membeli. Banyak lagi yang memanfaatkan hari berkabung itu. Seperti berjualan minuman, makanan, sampai menawarkan kamar hotel untuk turis yang ingin mengikuti rentetan upacara. Akan siswa-siswa SESRI Denpasar, mereka lebih senang membawa kanvas. Di seberang jalan, pada halaman sebuah pura, puluhan siswa asyik melukis dengan model menara kematian yang disebut wadah. Satu peleton polisi didatangkan untuk mengamankan upacara. Jalan raya Ubud ditutup. Parkir disediakan di Desa Peliatan. Jadi orang harus berjalan 2 km untuk mencapai tempat keramaian. Polisi juga berjaga di pintu gerbang rumah keluarga Lempad, agar orang yang "tidak berkepentingan" tidak masuk ke dalam. Picasso Di bagian dalam, nampak suasana lebih khusuk. Tetapi tidak banyak pejabat yang hadir. Yang kelihatan adalah pimpinan Pusat Pengembangan Kebudayaan Bali, I Gusti Putu Raka SH, Ketua Harian Listibiya Bali drs IGBN Panji, bekas Bupati Gianyar Kembar Kerepun. Ada pula tamu yang mendapat tempat terhormat, yaitu puteri Picasso. Anak pelukis tersohor ini, Paloma Picasso, didampingi suaminya Rafael Lopez. Keduanya dengan tenang duduk persis di depan jenazah. Setidaknya, upacara pengabenan Lempad diabadikan oleh 3 kelompok pembuat film, di luar film mini dari perseorangan. Yaitu dari Perusahaan Film Negara (PF), perusahaan televisi Australia (ABC) dan mahasiswa LPKJ. Mahasiswa LPKJ, yang dua hari sebelumnya sudah mengadakan pengambilan menyewa hotel di sebelah rumah Lempad. Ikut dalam rombongan ini Slamet Rahardjo dan Sardono. Pukul 2 siang baru jenazah diarak ke kuburan yang jauhnya cuma 500 meter. Tidak ada yang istimewa, kecuali lautan manusia yang mengantar dengan kamera-kamera menggelayut di tubuh. Sampai api yang membakar tubuh Lempad padam, masih banyak orang asing tak mau bergegas meninggalkan kuburan. Tetapi yang paling menarik: tidak nampak ada pelukis, baik kawan atau pengagum Lempad. "Ini bukan peristiwa kesenian. Ini satu acara saja bagi wisatawan," ada yang bilang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus