DYNASTY, yang ditunggu-tunggu dan banyak dibicarakan itu, akhirnya datang juga. Ditayangkan untuk pertama kali Rabu malam pekan silam malam yang dikhususkan TVRI untuk serial TV bertemakan kehidupan orang-orang kaya -- Dynasty mengundang penonton untuk berdecah, bahkan geleng-geleng kepala. Padahal, ini baru episode pertama. Dan sensornya lumayan ketat. Sementara Alexis --diperankan Joan Collins -- wanita iblis yang konon membuat serial itu jadi sangat laris, belum muncul. Diproduksi oleh Aaron Spelling, Dynasty tampaknya mengikuti ramuan sukses Dallas: menampilkan keluarga kaya bergelimang kemewahan dan kekuasaan, mempertemukan nafsu nafsi dan pembalasan dendam, mempertentangkan orang baik dan orang jahat, membiarkan yang lemah dilumat yang kuat. Semuanya serba ekstrem. digambarkan hitam putih, seakan-akan itulah prototype keluarga kaya Amerika. Dalam episode pertama ini, penonton diperkenalkan dengan raja minyak dari Denver, Colorado: Blake Carrington (John Forsythe), putri kesayangannya Fallon (Emma Samms), putranya Steven, dan calon istrinya, Krystle (Linda Evans). Di samping itu, ada beberapa tokoh untuk meramaikan suasana, seperti bekas pacar Krystle: Matthew dan istrinya Claudia, yang mengalami gangguan jiwa sopir Blake Carrington, yang dalam waktu-waktu tertentu dirangkap oleh putri sang bos sebagai pacar gelapnya. Hal-hal yang dirasakan tidak mungkin dalam kehidupan nyata -- misalnya khusus untuk makan malam Carrington menerbangkan Krystle dari Denver ke San Francisco -- terjadi begitu saja dengan mudahnya. Padahal, kedua kota itu dipisahkan ribuan kilometer. Contoh lain: Fallon bermain cinta dengan sang sopir, segampang ia menjentik pinggiran topi pet sopir itu dari atas punggung kuda, dengan ujung sepatunya. "Do I know you?" Fallon berujar saat itu dalam gaya angkuh seorang putri raja, padahal beberapa menit kemudian ia melakukan rendezvous panas dengan sopir itu yang tampangnya boleh juga. Melihat ini penonton bisa saja tergoda untuk bertanya, "bagaimana mungkin?" Dan serial Dynasty siap dengan jawaban, "Mengapa tidak ?" Dalam gaya yang tidak kurang memukaunya, sang ayah, raja minyak Denver itu, merebut cinta Krystle dengan sekamar penuh karangan bunga. Menyaksikan itu semua, hati siapa yang tidak ikut berbunga-bunga? Episode selanjutnya akan berkisah tentang perkawinan Blake Carrington dan Krystle, kehadiran Alexis, istri pertama Carrington yang tiap kali mempermainkan Krystle, usaha Alexis untuk mengendalikan putrinya Fallon, keterlibatan Steven dengan seorang pemuda homo. Juga, daya upaya Carrington untuk mengamankan perusahaannya dan mengendalikan agar Krystle tetap setia kepadanya, dan kemudian, tergiringnya raja minyak itu ke pengadilan, semata-mata karena ia mencoba menyelamatkan putranya, Steven, dari cengkeraman pacar yang sesama jenis itu. Pertama kali ditayangkan oleh jaringan TV ABC, 1981, Dynasty berlomba dengan Dallas dalam merebut penggemar. Dallas sejak pertama muncul, 1978, telah berhasil merebut hati penggemar di seantero Amerika dan dunia, sedangkan Dynasty selalu mengejar pada peringkat kedua. Dallas menampilkan keluarga raja minyak Ewing yang jatuh bangun karena uang, ambisi, dan seks, sedangkan Dynasty menggelinding dengan unsur-unsur yang sama. Dan jika tipu daya J.R. Ewing merupakan kekuatan sekaligus benang merah dalam Dallas, begitu pula halnya kelicikan Alexis bagi Dynasty. Menarik untuk dicatat, tokoh utama Blake Carrington, kendati cukup berambisi seperti Ewing, tidak tergelincir menjadi "economic animal" seperti JR. Semula tokoh sentral ini oleh tim penulis skenario memang "diprogramkan" sebagai orang yang tegar, tidak kenal belas kasihan, serakah. Tapi John Forsythe, --aktor usia 60-an yang lebih dikenal lewat citra pria baik-baik -- setelah berperan dalam beberapa episode Dynasty, merasa perlu mengkaji peran itu kembali. Para penggemarnya ternyata tidak suka kalau citra baik-baik yang sudah melekat pada Forsythe menjadi rusak gara-gara berperan sebagai Blake Carrington. Forsythe kemudian bertanya kepada pihak produser, "Bagaimana, sih, sebenarnya pribadi Blake Carrington itu?" Jawabannya di luar dugaan, "Dia adalah tipe orang yang mendalangi pembunuhan John Kennedy di Dallas." Mendengar ini Forsythe tersentak. Serta merta ia menarik diri. "Saya bukan orang yang tepat untuk pribadi semacam itu," katanya. "Lebih dari itu, saya tidak percaya serial ini akan sukses, kalau perwatakannya diarahkan secara demikian." Produser ternyata mengalah. Mereka bersedia melunakkan karakter raja minyak itu tapi sebagai gantinya mereka menampilkan si wanita iblis: Alexis. Seingat Forsythe, Joan Collins pada mulanya hanya akan dimunculkan dalam sejumlah kecil episode saja. Tapi karena terjadi perubahan pada watak Carrington, maka peran Alexis dikembangkan sedemikian rupa hingga ia menjelma sebagai tandingan yang pantas untuk JR. "Tidak seorang pun dari kami membayangkan bahwa hal itu akan terjadi," tuturnya. "Dan tidak seorang pun bisa memerankan Alexis lebih baik dari Joan Collins," sanjung Forsythe pula. Ia benar. Citra kebinalan Alexis begitu melekat pada pemeran, hingga ketika sekali waktu ia berpapasan dengan sejumlah pemuda. Joan Collins telah begitu saja dicaci-maki oleh mereka. Inilah risiko menjadi bintang tenar dalam serial TV. Pahit, tentu, tapi yang manis-manis bukan tidak ada. Peran Alexis telah melambungkan Joan Collins ke cakrawala superstar, padahal awal tahun 1980-an itu namanya hampir-hampir saja tenggelam. Sejumlah filmnya tidak pernah laku keras, dan dia sendiri menginjak usia setengah baya, di atas 40-an. Berkat Dynasty, si cantik Joan Collins bukan saja terselamatkan dari kesulitan ekonomi, tapi tiba-tiba saja ia seperti menemukan tambang emas. Untuk Dynasty ia dibayar mahal, busana gemerlapan yang didesain khusus untuknya, konon, boleh menjadi miliknya. Serentak dengan itu, popularitasnya dimanfaatkan beberapa perusahaan untuk promosi. Bagaikan Elizabeth Taylor dan Sophia Loren, Joan kini dianggap komersial untuk melariskan beberapa produk, dari parfum sampai video, dari kosmetik sampai perabot dapur. Bicara komersial, dua tahun sejak Dynasty ditayangkan, serial TV dengan porsi seks yang besar muncul bagaikan jamur di Negeri Paman Sam. Ada Flamingo Road ada Falcon Crest yang baru saja diakhiri pemutarannya oleh TVRI, juga East of Eden yang dulu pernah difilmkan dengan Aktor James Dean. Dikhawatirkan penonton akan segera jenuh, tapi rupanya tidak. Banyak yang masih setia menonton Dallas, juga Dynasty, kendati poll menunjukkan bahwa peminat dari serial TV di sana agak menurun. Meskipun begitu, gejala jenuh baru dirasakan sejak tahun lalu. Mungkin karena itu produser Dynasty menawarkan serial sampingan: The Colbys, versi baru dari Dynasty. Tidak kalah dalam segi cantik dan gemerlapan, serial ini ternyata kurang menggigit. Tiga tokoh utama Dynasty, Carrington, Krystle Alexis, masih tetap hadir dalam The Colbys, dan juga tetap bergelimang kemewahan. Satu-satunya yang kurang adalah, mereka tidak lagi terlibat konflik, seperti biasanya. Di samping itu, jalan cerita menyimpang terlalu jauh, nun ke Moldavia. Kabar terakhir menyebutkan bahwa penyimpangan itu diluruskan lagi, dan pribadi Alexis ditampilkan utuh, lengkap dengan keiblisannya. Bahkan ada adegan seram, manakala Carrington mencekik Alexis, yang tentu saja tidak akan ditemukan dalam serial yang diputar disini. Mengapa? Yang disajikan TVRI adalah Dynasty dari serangkaian episode awal, dengan Carrington yang di samping sibuk membangun kerajaan minyaknya -- yang sangat jarang terlihat -- harus pula mengurus putrinya yang binal. Ia bahkan sampai ke Bali, melacak jejak Steven yang mengalami musibah. Masih harus ditunggu, apakah Dynasty bisa mengalahkan serial TV Australia Return to Eden, yang di sini begitu banyak penggemarnya. Yang pasti, penonton berkesempatan menyaksikan betapa hebatnya seorang raja minyak Amerika, betapa menyilaukan gaya hidup mereka, betapa licik dan serakahnya mereka, dan betapa vulgernya terkadang, kehidupan seks mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini