Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Menyingkap wirid ranggawarsita

Pengarang : simuh jakarta : ui press, 1988 resensi oleh : i. kuntara wiryamartana.

27 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MISTIK ISLAM KEJAWEN RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA Oleh: Simuh Penerbit: UlPress,Jakarta,1988 399 halaman INTI ajaran Wirid Hidayat Jati (WHJ), karya Ranggawarsita, adalah kesatuan manusia dengan Tuhan, yang berkaitan erat dengan asal dan tujuan ciptaan. Manusia berasal dari Tuhan, dan harus berusaha dapat bersatu kembali dengan-Nya. Ajaran WHJ memakai dasar pemikiran Martabat Tujuh, yang berkembang di Jawa melalui ajaran Tarekat Syatariah. Martabat Tujuh berpangkal pada ajaran Tajalli dari Ibn 'Arabi, yan kemudian dikembangkan oleh Abdul Karim al-Jili dan Muhammad Ibn Fadllilah, penulis kitab Tuhfah. Dalam WHJ, menurut Simut, ditegaskan bahwa Tuhan adalah Dzat mutlak, yang kadim, azali abadi. Ia menolak pendapat yang menyatakan, "dalam WHJ Tuhan adalah kekosongan, awang-awang, atau suwung." Ia juga membantah WHJ sebagai "Hinduisme berjubah Muslim." Ditegaskan Simuh, ajaran Martabat Tujuh dalam WHJ berbeda dengan ajaran Martabat Tujuh dalam kitab Tuhfah. Dalam Tuhfah dirumuskan ajaran penciptaan pada umumnya alam semesta, manusla, serta hubungan unsur-unsur pembentuk manusia. Dalam WHJ tidak terdapat pembagian tiga martabat batin dan empat martabat lahir. Ketujuh unsur manusia adalah sejajar. Bersama itu la ta'ayun digunakan untuk menerangkan sifat baik Dzat Tuhan, yang tidak berzaman, tidak bertempat, dan seterusnya. Simuh juga menunjukkan, paham kesatuan dengan Tuhan dalam WHJ merupakan kebalikan dari paham fana fillah. Dalam paham fanafillah disebutkan manusia melihat, mendengar, berbicara, dan berbuat dengan Tuhan. Kesadaran manusia terhisap ke dalam samudra serba Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dihayati sesaat saja. Dalam WHJ dikatakan Tuhan bersabda, mendengar, melihat, serta berbuat dengan meminjam tubuh dan anggota badan manusia. Tuhan terhisap dan imanen dalam diri manusia. Kesatuan dengan Tuhan dialami lebih lama. WHJ juga memuat tuntunan budi luhur dan tata cara manekung (tafakur, samadi). Ajaran budi luhur dalam WHJ lebih mengutamakan kesucian hati dan keluhuran budi pekerti perorangan. Tuntunan agar orang mengutamakan kesucian, suka tapa brata, tidak tamak akan keduniaan, berhati suci andhap asor (rendah hati), hidup prihatin, dan sebagainya. Tekanannya bukan amar ma'ruf dan mencegah kemungkaran untuk memperbaiki masyarakat, tetapi sepi ing pamrih. Ajaran dan tata cara manekung khusus ditujukan untuk orang yang sedang menghadapi waktu sakaratul maut. Diharapkan, agar orang dapat mengatasi godaan dan rintangan, yang dialami roh ketika mulai lepas dari badan dan mengarungi berbagai alam, sampai mencapai kesatuan dengan Tuhan. Sebagai pengantar pembahasannya Simuh juga mengungkap perkembangan kepustakaan Islam Kejawen sejak zaman Kerajaan Mataram (Senapati) sampai zaman Ranggawarsita, dan mendudukkan WHJ di tengah karya-karya Ranggawarsita lainnya. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan menelaah hubungan kepustakaan Islam Kejawen dengan kepustakaan Islam Melayu. Ada kemungkinan, peredaran kepustakaan Islam bukan hanya bergerak dari Melayu ke Jawa, melainkan juga dari Jawa ke Melayu. Teks Wirid dalam huruf Jawa, yang diterbitkan oleh Administrasi Jawi Kandha (Surakarta, 1908), dicetak ulang dalam buku ini, disertai dengan transliterasi latin dan terjemahan. Dibandingkan dengan versi lainnya, versi ini menunjukkan sistematik yang runtut dan bulat. Tidak disangkal, ada kemiripan ajaran antara WHJ dan Serat Centhini serta Serat Deuarsci. Namun, belum berarti WHJ mengambil bahan dari kedua kitab itu. Mungkin ada "bahan bersama" yang menjadi sumber ketlga kitab itu. Simuh telah menjernihkan beberapa kesalahpahaman tentang WHJ tersebut. I. Kuntara Wiryamartana * Dosen Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus