Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Museum Nasional buka kembali setelah tutup lebih dari setahun akibat kebakaran pada September 2023.
Pemugaran Museum Nasional setelah kebakaran menjadikan ruang pamer lebih kekinian dan informatif.
Sebanyak lebih dari 300 benda bersejarah yang baru dipulangkan dari Belanda ikut dipamerkan di ruang tersendiri.
ALUNAN lagu Tanah Airku dari biola Iskandar Widjaja seketika mengubah riuh suara menjadi hening di Taman Arca, Museum Nasional, pada Jumat malam, 11 Oktober 2024. Lagu itu mengiringi terbangunnya museum berusia lebih dari dua abad itu dari mati suri akibat kebakaran hebat pada 16 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan era kolonial yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, itu seakan-akan bersolek. "Sudah banyak berubah. Selain mengubah fasad di luar, kami lebih mengagungkan gedungnya," kata Ahmad Mahendra, pelaksana tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya, di lokasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, Ruang Rotunda kini menjadi ikon Museum Nasional. Penataannya bertujuan memudahkan pengunjung menikmati benda koleksi. Berbaris di sisi kiri dan kanan Taman Arca, sederet arca era Majapahit sampai Mataram Kuno bisa dilihat secara leluasa. Di taman ini tampak berdiri arca Bhairawa Buddha berukuran 4,41 meter. “Sebelumnya, banyak arca tidak bisa dilihat karena disimpan tak teratur," ujar Mahendra.
Kini patung-patung yang terbuat dari andesit itu bisa kembali membuat pengunjung cuci mata. Semua berbaris di Ruang Rotunda, lengkap dengan keterangan nama dan latar belakang masing-masing. Misalnya, arca Bhairawa yang berbobot 4 ton ditemukan di kompleks percandian Padang Roco, Dharmasraya, Sumatera Barat. Bhairawa merupakan sekte Tantrayana yang memilih cara pelepasan lebih cepat melalui upacara tertentu, yang menyatukan diri secara mistik dengan dewa tertinggi.
Pengunjung melihat koleksi Museum Nasional Indonesia di Jakarta, 11 Oktober 2024. TEMPO/Ilham Balindra
Mahendra mengatakan pemulihan setelah kebakaran Museum Nasional sekaligus bertujuan menata ulang koleksi yang menumpuk sejak zaman Belanda. Dulu tumpukan arca itu tak terlihat seperti berada di museum, melainkan di gudang. "Sekarang, bisa dilihat, suasananya sangat Instagramable," ujarnya.
Dia menunjuk gedung yang terbakar dan mengakibatkan kerusakan pada ratusan benda bersejarah. Pada malam itu, setahun lalu, api melalap Gedung A, yang terdiri atas Ruang Kebudayaan, Galeri Terakota, Galeri Prasejarah, Galeri Keramik, Galeri Peradaban, dan Galeri Perunggu. Sebanyak 902 koleksi rusak.
Kerusakan paling banyak terjadi pada koleksi di Ruang Prasejarah, yang berjumlah 225 obyek—213 koleksi rusak terbakar api dan 12 koleksi tidak dapat diselamatkan. Ada juga berbagai jenis guci yang terbakar dan kini disimpan di bilik kaca.
Pengunjung melihat puing-puing bangunan bekas terbakar saat tur media di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, 11 Oktober 2024. TEMPO/Ilham Balindra
Selain Ruang Rotunda dan Ruang Arca, Mahendra mengatakan, ada penambahan Ruang Imersif A dan Ruang Repatriasi setelah kebakaran. Ruang virtual itu memajang video patung Buddha Dipankara dan nekara berbahan perunggu. Video tersebut memperlihatkan kondisi kedua benda itu sebelum dan sesudah hangus tersapu api. Gendang besar yang ditemukan di Sangeang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, itu hancur dan kehilangan motif tumbuhan, hewan, serta figur prajurit Dinasti Han, Cina. Yustina Yustefani, anggota staf kuratorial, mengatakan kerusakan parah pada koleksi itu terjadi akibat tertimpa bangunan di Ruang Perunggu. "Ini salah satu masterpiece Museum Nasional," kata arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu.
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mengatakan kebakaran Museum Nasional membuat banyak orang terpukul. "Bisa disaksikan di belakang sana bekasnya," kata Hilmar dalam pidato pemulihan museum setelah kebakaran yang bertajuk "Menabuh Nekara, Menyiram Api" dan pameran repatriasi "Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara".
Di tengah kerumunan orang pada malam itu, Hilmar menyampaikan pesan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bahwa museum pada masa sekarang memainkan peran berbeda dari abad ke-20. Maka pemulihan juga ditempuh dengan mengubah wajah museum, menata program menjadi lebih bergaya, serta menjadikan museum sebagai ruang publik.
Hilmar mengatakan Museum Nasional juga menjalani serangkaian mitigasi bencana kebakaran. Dari penggantian seluruh jaringan listrik, pengaturan arus untuk mencegah suatu perangkat kepanasan, pemasangan sistem deteksi dan pemadam, serta pelatihan prosedur darurat bagi staf secara berkala. "Serta tata pameran yang memperkecil risiko kebakaran," ujarnya.
Para pengunjung Museum Nasional disuguhi koleksi baru berupa obyek bersejarah yang baru dipulangkan kembali atau restitusi dari Belanda. Ada patung Ganesha, Nandi, Brahma, dan Shiwa Bhairawa yang tiba pada tahun ini. Sementara itu, arca Shiwa dan Nandi Swara dikembalikan pada tahun lalu.
Selain arca, ada sebilah keris Kerajaan Klungkung, harta jarahan di Lombok, dan koleksi Pita Maha. Tahun ini pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat memulangkan 288 benda bersejarah dari Wereldmuseum, Amsterdam. Sebanyak 84 di antaranya telah tiba.
Anggota Komite Repatriasi Museum Nasional, Irmawati Marwoto, mengatakan obyek-obyek restitusi itu merupakan benda bersejarah yang dijarah saat peperangan di Bali, di antaranya keris, cincin, bros, peralatan makan siri, dan alat upacara. "Jadi yang kami kembalikan ini semua harta rampasan," katanya.
Repatriasi ini, Irmawati melanjutkan, juga memulangkan benda bersejarah yang dicuri dari Kerajaan Cakranegara di Lombok, Nusa Tenggara Barat, antara lain perhiasan cincin, bros, peralatan makan sirih, baju emas, dan sandal anak. "Pokoknya semuanya serba emas dan permata," kata dosen arkeologi di Universitas Indonesia itu.
Sederet peninggalan leluhur tersebut kini tersimpan di Ruang Repatriasi dan siap menyambut pengunjung mulai Selasa, 15 Oktober 2024.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo