Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Goresan sketsa kematian ayah begitu membekas buat Putri Pertiwi. Ia menggambar tubuh sang ayah yang dibalut kain kafan putih di atas keranda berwarna hijau. Empat orang menarik tali yang tertambat pada empat sisi keranda. Ada juga kerumunan orang yang berdiri di sekitar keranda, melengkapi penguburan ayahnya. Putri memberi warna-warna hitam, cokelat, ungu, dan kuning pada obyek-obyek tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya itu. Perempuan kelahiran 1991 yang terkena kelainan down syndrome tersebut juga menulis nama-nama pembawa keranda di atas sketsa karyanya yang berjudul Bapak Meninggal itu. Di antaranya Om Yamin dan Yos. "Ingatan Putri bagus. Saya tanyai dia siapa saja yang ada di pemakaman," kata ibunda Putri, Titik Broto, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putri menorehkan garis-garis membentuk sketsa itu pada Juni 2014, setahun setelah Maryadi Broto, ayahnya, meninggal karena kanker. Ia merasa sangat kehilangan.
Sketsa tentang kematian ini satu di antara 85 karya Putri yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, 5-13 Januari 2019. Pameran seni rupa bertajuk "Titik Balik Putri Pertiwi (anak down syndrome)" ini juga memamerkan lukisan di atas kanvas dan lukisan di atas kertas. Sebagian besar karya itu dibuat dalam rentang waktu dua tahun terakhir.
Pada karya lain, Putri banyak mengeksplorasi karakter-karakter dalam komik, misalnya Spider-Man, hero fiktif dari komik Marvel. Ada pula Sailor Moon, Shin-chan, dan Doraemon dari manga Je-pang, serta SpongeBob. "Tokoh-tokoh itu ia dapatkan dari komik koleksi kakaknya," kata Titik. Tak hanya menggambar tokoh-tokoh komik, Putri juga menggambar citraan ibundanya. Semua karya Putri itu menggunakan warna-warna cerah.
Putri mengalami down syndrome sejak lahir. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (World Health Organization) me-nyebutkan down syndrome disebabkan oleh adanya kelainan perkembangan kromosom. Kelainan itu mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
Bakat menggambar Putri terlihat sejak ia bersekolah di Taman Kanak-kanak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya. Putri sering ikut lomba menggambar mewakili sekolahnya. Putri, kini berumur 28 tahun, terbiasa membuat sketsa, lalu memindahkannya ke kanvas. Sketsa itu ia warnai menggunakan krayon. Sedangkan untuk lukisan, Putri menggunakan cat akrilik.
Orang tua dan keluarga memberi dukungan penuh terhadap aktivitas dan kreativitas Putri. Titik adalah pensiunan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Surabaya. Demi mendampingi Putri dan mengasah bakat menggambarnya, Titik memilih pensiun dini. Pada 2000, ia pindah ke Yogyakarta bersama dengan keluarganya.
Sejak satu setengah tahun terakhir, Putri lebih intens menggambar. Joelya Nurjanti, alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, mendampingi Putri sebagai guru lukis. Joeyla menyebut Putri mengalami perkembangan yang baik. Sensor motorik Putri aktif. Itu terasa ketika Putri membuat outline obyek gambar dengan telaten, dan hasilnya pun bagus.
Titik menyatakan, dalam menggambar, Putri memi-liki keterbatasan. Dia hanya akan fokus dan bertahan selama satu jam ketika berlatih bersama dengan pembimbingnya. Setelah itu, konsentrasinya berpindah ke hal lain. Untuk menciptakan satu lukisan di atas kanvas berukuran sekitar 40x60 cm, Putri memerlukan waktu tiga hingga empat kali pertemuan latihan dengan guru lukisnya.
Kurator pameran Titik Balik, Kuss Indarto, me-nyebutkan, Putri mampu membuat persepsi visual yang khas dan personal atas semua obyek atau model yang disodorkan kepadanya. Kuss mencontohkan karya yang menggunakan citraan Spider-Man. Karya itu khas dengan garis serta goresan yang rapi dan detail.
Salah satu karya Putri yang menarik adalah sketsa tentang kematian ayahnya. Menurut Kuss, karya itu punya narasi yang kuat. Putri mampu mengingat dengan baik nama orang-orang yang ada di sekitar jenazah bapaknya. "Goresan sketsa dalam karya itu lugas dan bernas," kata Kuss. Karena itu, karya tersebut ditempatkan secara khusus di te-ngah ruang pamer, dibingkai, serta diberi judul dan narasi pada dinding berwarna hijau tua.
Putri lahir dari pasangan orang tua terdidik. Almarhum ayahandanya pernah bekerja sebagai Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta. Kakeknya (dari garis ibu), Harjono Danoesastro, merupakan salah satu pendiri kampus UGM dan pendiri Fakultas Pertanian UGM.
Pameran karya-karya Putri ini mendapatkan apresiasi dari Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Panut Mulyono. "Karya-karya yang dipamerkan memberikan inspirasi dan meningkatkan semangat juang untuk terus berkarya. Itu bukan hanya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, namun juga bagi masyarakat luas." SHINTA MAHARANI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo