Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Festival Film Cannes ke-68, yang digelar sejak 13 Mei 2015 telah berakhir Ahad lalu. Di luar dugaan para pengamat dan kritikus film, dalam acara puncak yang digelar di Gedung Teater Lumiere, dewan juri memilih Dheepan sebagai pemenang penghargaan tertinggi Palem Emas. Film karya sutradara Prancis, Jacques Audiard, ini menyisihkan 18 film lainnya yang bertarung dalam seksi kompetisi utama.
Dheepan mengisahkan perjuangan mantan gerilyawan Macan Tamil bernama Dheepan (diperankan oleh Antonythasan Jesuthasan). Dheepan meninggalkan negerinya Sri Lanka setelah konflik antar-etnis berakhir. Untuk mendapatkan suaka politik di negara lain, ia tinggal bersama seorang perempuan dan gadis kecil dengan menggunakan jati diri palsu. Berpura-pura sebagai satu keluarga, ketiganya kemudian ditampung di Prancis. Dheepan bekerja sebagai pengurus satu kompleks permukiman kumuh, sedangkan sang "istri" menjadi pembantu rumah tangga di satu keluarga. Kehidupan Dheepan dan keluarga palsunya sebagai kaum imigran suaka yang penuh suka-duka inilah yang didedahkan dalam film ini.
Kemenangan Dheepan tidak terlampau disambut hangat oleh para pengamat dan kritikus. Mereka menganggap film ini tidak begitu istimewa. Dheepan bukan pula karya terbaik Audiard, yang selama ini termasuk kesayangan Festival Film Cannes. Lima tahun lalu, dia meraih penghargaan Grand Prix juri (peringkat kedua, di bawah Palem Emas), lewat A Prophet. Tiga tahun lalu, sutradara berusia 63 tahun ini kembali bertarung pada seksi kompetisi utama, lewat Rust & Bone yang mendapat pujian banyak kritikus, kendati tidak meraih penghargaan.
Peter Bradshaw, kritikus film dari koran The Guardian, termasuk yang mempertanyakan keputusan juri yang memberikan Palem Emas kepada Dheepan. Bagi Peter, Dheepan menunjukkan penurunan mutu dari Audiard sebagai sutradara. Justin Chang, kritikus film dari majalah Variety, menilai Dheepan sebagai film yang tidak buruk, namun tidak layak mendapat penghargaan tertinggi Festival Film Cannes. "Film ini menjadi pemenang Palem Emas yang paling mengejutkan dalam sejarah Cannes beberapa tahun terakhir ini," ujar Justin lewat pesan Twitter-nya. Sejumlah kritikus, seperti editor saluran televisi Film4 di Inggris, David Cox, serta Jonathan Romney, kritikus yang rajin menulis ulasan di sejumlah media, juga melontarkan kalimat serupa.
Dalam jumpa pers selepas acara pemberian penghargaan, dewan juri menyampaikan alasan mereka. Sutradara kakak-beradik Joel dan Ethan Coen yang menjadi presiden dewan juri mengatakan keputusan untuk memberikan Palem Emas kepada Dheepan berlangsung sangat cepat. "Kami semua terpukau oleh tema yang diangkat film ini. Ada beberapa film lainnya yang sangat disukai oleh anggota dewan juri, namun kami semua bersepakat dengan film yang satu ini," ujar Coen bersaudara.
Anggota dewan juri lainnya, sutradara Guillermo Del Toro, menambahkan, "Penghargaan Palem Emas ini mewakili upaya terbaik dari kami semua. Kami membahas semua film, dan Palem Emas ini tidak dengan serta-merta mencerminkan kedalaman dari proses pembahasan yang berlangsung."
Sebagian besar kritikus dan pengamat yang hadir dalam Festival Film Cannes menjagokan Carol, film tentang lesbian pada era 1950-an di Amerika Serikat, yang disutradarai Todd Haynes. Film ini meraih skor rata-rata tertinggi, yakni 3,5 dari kemungkinan nilai tertinggi 4, berdasarkan penilaian dari 10 kritikus film yang dikumpulkan majalah film Screen International . Majalah ini terbit dengan edisi khusus setiap hari selama berlangsungnya Festival Film Cannes.
Carol akhirnya hanya mendapat penghargaan Aktris Terbaik untuk Rooney Mara, yang berperan sebagai lesbian pasangan Carol (diperankan oleh Cate Blanchatte). Penghargaan ini pun berbagi dengan aktris Prancis, Emanuelle Bercot, yang juga tampil cemerlang di film Mon Roi garapan sutradara perempuan Prancis, Maiwenn. ARYA GUNAWAN (CANNES)
Pemenang Festival Film Cannes ke-68:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo