Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Berita Tempo Plus

Perjalanan Para Cerdik Pandai

30 Januari 2006 | 00.00 WIB

Perjalanan Para Cerdik Pandai
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Inteligensia Muslim dan Kuasa Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20 Penulis: Yudi Latif Penerbit: Mizan, 2005 Tebal: 680 halaman v

Mereka adalah para aktor kunci dalam peralihan kekuasaan Orde Baru ke Orde Reformasi. Mereka para sosok yang menyaksikan: partai-partai politik yang beridentitas muslim justru tak mendapat suara mayoritas. Bahkan arus utama inteligensia muslim kelihatan tak begitu tertarik dengan klaim-klaim keislaman.

Sekonyong-konyong daya jangkau berbagai karya Clifford Geertz (1960), Robert van Niel (1970), William Liddle (1973), Donald K. Emerson (1976), atau Ruth McVey (1989) semakin kelihatan keterbatasannya. Dan memang, transformasi inteligensia muslim dari pinggir ke pusat dalam dunia politik dan birokrasi Indonesia semakin kompleks. Tidak bisa lagi dibaca dengan studi-studi tentang elite Indonesia modern dan politiknya.

Gambaran mengenai inteligensia muslim pada akhir abad ke-20 ini kontras dengan gambaran mereka pada awal abad ke-20. Sepanjang dekade-dekade awal abad ke-20, hanya sedikit inteligensia yang bergabung dengan perhimpunan seperti Syarekat Islam (SI), karena sebagian besar memilih bergabung dengan ”organisasi priayi” seperti Budi Utomo.

Buku ini bergerak dari sebuah titik di abad ke-19, yakni ketika sejumlah anak muda muslim memperoleh pendidikan yang cukup kuat sebagai modal aktualisasi diri mereka di dalam masyarakat. Ya, masyarakat kolonial waktu itu. Mereka berjuang, dan memasuki abad ke-20 mulai terbetik pengakuan politik dari pemangku otoritas.

Menyoroti hal itu, buku ini membahas proses regenerasi para intelektual—dengan kata lain: transisi pemikiran dari satu periode ke periode lain. Kaum moeda, bangsawan pikiran, pemoeda peladjar, dan para cendekiawan dewasa ini, semua bergumul dengan persoalan bagaimana menentukan posisi mereka di tengah arena nasional dan merespons isu-isu penting di dunia muslim.

Harus diakui intensitas keterlibatan buku ini dengan penulisnya, Dr Yudi Latif. Sejumlah pemikir—sebut saja, misalnya, Karl Mannheim, Gramsci, Michel Foucault, dan Habermas—menjadi inspirasi bagi penulis. Dari sana, ia mengembangkan sendiri gagasan-gagasannya, berbagai analisisnya untuk memahami sebuah masa lalu bangsa ini. Dengan begitu, buku ini melengkapi khazanah studi-studi klasik tentang Indonesia oleh beberapa penulis seperti Benda, Feith, Legge, dan McVey.

(Agus Bachtiar, penggemar buku, copywriter)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus