Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ramayana menyeberang sungai

Sendratari ramayana di halaman candi prambanan di rencanakan akan dipindah ke sebelah barat sungai, demi amannya candi tersebut. (ter)

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU lagi Ramayana yang menghadapi tantangan: di Prambanan, Jawa Tengah. Sendratari di halaman Candi Prambanan ini selama 20 tahun tak diganggu-gugat. Tiba-tiba muncul gagasan-dari Direktorat Sejarah dan Purbakala --untuk "membersihkan halaman candi," pertengahan tahun ini. "Banyak batu-batu yang hilang, atau dipakai iniitu oleh penonton sendratari, juga pemilik warung," kata sumber direktorat tersebut. Bagi KRT Kusumotanoyo, Direktur Yayasan Rorojonggrang yang mengelola sendra tari tersebut, itu tentu merupakan masalah besar. Sebab salah satu yang ditawarkan kepada penonton adalah "pertunjukan dengap latar belakang candi yang sebetulnya. Jadi bukan dekorasi berupa gambar atau lainnya. Tapi apa boleh buat--demi amannva peninggalan bersejarah. "Kami akan pindah ke sebelah barat sungai," kata KRT Kusumotanoyo. Padahal, masih dengan latar belakang candi asli itu pun, sudah sejak pertengahan 60-an Sendratari Ramayana Prambanan merosot penontonnya. Banyak faktornya tiada lagi penari yang menonjol, tiada pengarahan tari yang baru, dan di luar Prambanan, di Hotel Ambarukmo misalnya, sering pula diadakan pertunjukan serupa. Dulu nama-nama seperti Sardono W. Kusumo, Maruti, Tasman, merupakan jaminan mutu. Juga penata tarinya -- Kusumokesowo -- perancang kesohor dari Solo. Pun karawitan yang dipimpin Martopangrawit tak bisa dianggap remeh. Kini nama-nama itu tiada lagi di sana. Hamengku Buwono Bisa dipahami, kalau banyak penari berbakat meninggalkan Ramayana Prambanan. "Saya bosan -- dari dulu begitu-begitu saja," kata S. Tin yang dulu termasuk salah seorang tenaga utama. Dengan 600 penari tiap pertunjukan menampilkan sekitar 150 orang), 2 ribu tempat duduk, harga karcis Rp 5 ribu dan Rp 1 ribu serta honorarium penari rata-rata Rp 750, menurut KRT Kusumotanoyo hidup sendratari ini pas-pasan sekali. "Dulu, semasa Sri Sultan Hamengku Buwono masih menjadi wakil presiden, kami terkadang menerima sumhanan yang membuat kami agak bernapas longgar, tutur direktur itu. Sendratari Ramayana Prambanan diresmikan 17 Agustus 1960 oleh Presiden Sukarno. Tiap tahun main enam bulan (Mei - Oktober), tiga bulan 4 kali, dipilih hari-hari sekitar bulan purnama. Dan 4 kali pertunjukan itu disesuaikan dengan pembagian lakon: Sinta Diculik, Anoman Duta, Kumbokarno Gugur dan Sinta Obong. Diperkirakan rencana pindah tempat dan pembangunan panggung baru membutuhkan biaya Rp 13 milyar. KRT Kusumotanoyo sendiri belum tahu dari mana uang itu akan diperoleh. "Tahun depan pun belum tahu, sudah bisa pindah apa belum," katanya. Untunglah PT Taman Wisata Candi -- perseroan di bawah Departemen Perhubungan yang diserahi mengelola dua candi tersebut -- belum memberikan batas waktu pindah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus