PERJALANAN PARTAI POLITIK INDONESIA. Sebuah potret pasang surut Penerbit: Rajawali Pers, Jakarta, 1983, 304 halaman Oleh: Drs. M. Rusli Karim PASANG surut partai-partai polltik Indonesia, sejak kemerdekaan sampai kini, jika dilihat baik dari jumlah organisasi maupun keragaman ideologi, bagaikan "buntut tikus". Buku ini dengan analisa deskriptif mencoba menggambarkan sejarah itu, bahkan sejak lahirnya organisasi modern pertama, yaitu Budi Utono pada 1908. Sebelum kemerdekaan, partai-partai politik, seperti digambarkan Rusli, tumbuh di bumi pertiwi secara alamiah - dari bawah. Namun, belakangan, dengan difusikannya partai politik menjadi dua organisasi saja PPP dan PDI, seperti disodorkan dari atas. Perrjalanan partai politik di Indonesia bagaikan siklus. Ia membiak setelah kemerdekaan dengan dikeluarkamnya maklumat wakil presiden. Kemudian jumlahnya menciut pada masa Demokrasi Terpimpin. Masa subur itu datang kenbali dengan bangkitnya Orde Baru, lalu pertumbuhannya berhenti dengan lahirnya Undang-Undang No. 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Gelombang pasang surut itu digambarkan dengan utuh oleh Rusli. la bahkan memaparkan sebab dan akihat pasang surut itu. Namun, analisa deskriptif yang digunakannya tidak cukup tajam untuk menjawab persoalan yang muncul di balik sehab dan akibat itu. Misalnya, kenapa partai-partai lslam berkeras mempertahankan "Piagam Jakarta" pada masa Konstituantc? Padahal, sikap keras itulah yang melahirkan Demokrasi Terpimpin. Bnku ini juga tidak menjawab pertanyaan kenapa gagasan untuk menghidupkan kembali Masyumi, pada awal Orde Baru, berakhir dengan kelahiran Parmusi dan dengan tokoh-tokoh baru pula. Padahal, Rusli memberi porsi tentang tersingkapnya tokoh-tokoh politik Islam, khususnya yang berbau Masyumi, dari gelanggamg politik (halaman 245). Barangkali karena, seperti kata pengarang dalam Kata Pendahuluan, buku ini baru sampai ke taraf mengajak pembaca ke "gerbang" persoalan. Tentang lahirnya asas tunggal Pancasila, menurut hipotesa Rusli, walau pemerintah tidak secara eksplisit menyebut kelompok Islam sebagai salah satu sumber huru-hara dan instabilitas politlk, berbagai gejolak politik melibat pemerintah menaruh perhatian kepada kelompok lslam (halanan 244). Gejolak itu, menurut Rusli, antara lain Islam Jamaah serta Imran dan kawan-kawan. Padahal, ketika mengemukakan gagasan asas tunggal untuk pertama kalinya pada 16 Agustus 1982, Presiden menunjuk ekses kampanye pemilu - sampai ada korban jiwa sebagai akibat adanya asas ciri kontestan. Akibatnya, perlu asas tumggal. Karni Ilyas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini