Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Karya sineas Indonesia berjaya di kancah festival film internasional. Film besutan Yosep Anggi Noen, The Science of Fictions atau Hiruk Pikuk si Al-Kisah meraih dua penghargaan pada Festival Film Internasional Locarno Swiss, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua penghargaan itu adalah Special Mention dari Juri pada Festival Film International Locarno ke-72 di Locarno, Swiss dan Premio Boccalino d’Oro Locarno 2019 yang diberikan oleh para kritikus Independen. Kompetisi ini berlangsung pada 7 sampai 17 Agustus 2019. Penghargaan utama untuk festival ini, yakni Golden Leopard diraih Pedro Costa dari Portugis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman ini disampaikan oleh Presiden Juri Chaterine Breillat yang diterjemahkan oleh Ayu Diah Cempaka. "Film ini melampaui nyata dan mari kita salami secara elips masa lalu, masa sekarang, dan masa depan Indonesia melalui karakter yang dilarang untuk bicara, yang mengembara dengan mendebarkan," ujar Breillat pada Sabtu, 17 Agustus 2019.
Dalam kertas juri dituliskan sinema pada dasarnya adalah pencarian akan idiom dan gambar baru serta puisi. Film ini berfokus pada manusia dan sejarahnya dan dengan kecerdasan yang ingin tahu dan beradab. Film ini bereksperimen dengan medium film untuk memberikan keindahan sinema kepada penonton.
Yosep Anggi Noen menyampaikan kebahagiaannya atas penghargaan tersebut. "Meski bukan penghargaan utama, namun begitu membanggakan bisa membuat film kian dikenal dan semoga banyak yang ingin menonton," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 20 Agustus 2019.
Sutradara asal Yogyakarta ini menyatakan mengikuti kompetisi tersebut bukan untuk bersaing. Mereka bersama-sama memutar film untuk penonton di Locarno. "Bukan adu cepat, adu kuat. Film adalah bahasa kami yang sedang bercerita dengan bahasa dan sudut pandang masing-masing," ujarnya.
Film Science of Fictions adalah film panjang Yosep setelah Vakansi Janggal dan Penyakit Lainnya (2012), Istirahatlah Kata-kata (2016) yang sukses meraih banyak penghargaan di dalam dan luar negeri. Film ini bersaing memperebutkan Golden Leopard pada sesi Consorso Internationale dengan karya sutradara ternama Pedro Costa (Portugis) dan Koji Fukada (Jepang).
Film Science of Fictions bercerita tentang Siman, pemuda di pelosok Yogyakarta yang melihat pengambilan gambar pendaratan manusia di bulan oleh kru asing di Pantai Parangtritis, Yogyakarta pada 1960-an. Dia ditangkap dan dipotong lidahnya. Siman kemudian hidup dengan bergerak lambat layaknya astronot di ruang angkasa. Penduduk desa menganggap Siman gila karena dia mendirikan bagungan mirip roket di belakang rumahnya.
Film ini melibatkan Gunawan Maryanto, Yudi Ahmad Tajudin, Ecky Lamoh, Marissa Anita, Asmara Abigail, Alex Suhendra, dan Rusini. Diproduseri oleh Edwin Nazir, Arya Sweta, Yulia Evina Bhara, Yosep Anggi Noen dan dikembangkan sejak 2013.
Film Science of Fictions ini pernah dipresentasikan pada Asian Project Market 2013, Produire Au Sud 2016, Venice GAP Financing-Venice Film Festival 2017, dan mendapatkan dukungan financial dari Asian Cinema Fund 2014, dan Hubert Bals Fund+Europe-Rotterdam International Film Festival.