Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas blak-blakan menjelaskan alasan pihaknya akhirnya memutuskan menerima izin tambang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya, kata Anwar, agar Muhammadiyah bisa mengelola tambang dengan baik dan benar, sesuai dengan yang nilai-nilai dari ajaran agama. "Semestinya ormas keagamaan ini diberi kesempatan mengelola tambang. Agamanya dibawa dalam proses pengolahan tambang," ujarnya saat dihubungi pada Rabu malam, 24 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia memastikan, pengelolaan tambang oleh ormas keagamaan bakal berbeda dengan tambang yang dikelola para kapital. Sebab, nilai-nilai dari ajaran agama, seperti kebersamaan maupun saling memedulikan itu harus ditumbuhkembangkan oleh ormas-ormas keagamaan.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta atau DP IMM DIY menyatakan bahwa Muhammadiyah justru akan memperparah krisis lingkungan yang berimbas pada krisis sosial jika menerima tawaran tersebut.
“Kami merekomendasikan Muhammadiyah untuk segera menyatakan penolakan terhadap pemberian konsesi pertambangan yang jelas-jelas akan memperpanjang krisis sosial-ekologis dan berdampak buruk pada warga yang terkena dampak langsung dari tambang batu bara,” demikian bunyi poin ketiga sikap DPD IMM DIY yang dirilis pada 28 Juni 2024.
IMM DIY pun mendesak pemerintah untuk mencabut aturan yang memungkinkan organisasi massa atau ormas keagamaan mengelola tambang di Indonesia.
“Aturan ini bertentangan dengan regulasi di atasnya dan sarat dengan kepentingan politik transaksional,” bunyi poin kesatu sikap DPD IMM DIY. Selain itu, DPD IMM DIY menolak kelanjutan aktivitas tambang ekstraktif di Indonesia dan mendesak Muhammadiyah untuk turut serta dalam upaya pemulihan lingkungan hidup.
Profil Awal Terbentuknya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah salah satu organisasi mahasiswa di Indonesia yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. IMM didirikan dengan tujuan untuk mendukung misi Muhammadiyah dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan nilai-nilai Islam. Sejak awal pembentukannya, IMM telah menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, baik dalam aspek intelektual, spiritual, maupun sosial.
Dikutip dari laman stkipaisyiyahriau.ac.id, IMM didirikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta. Pembentukan IMM dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk memiliki organisasi mahasiswa yang mampu menjadi perpanjangan tangan Muhammadiyah di kalangan mahasiswa. Saat itu, Muhammadiyah sudah memiliki beberapa organisasi otonom seperti Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Pemuda Muhammadiyah, namun belum ada organisasi khusus yang menaungi mahasiswa.
Inisiatif untuk mendirikan IMM berasal dari beberapa tokoh Muhammadiyah dan akademisi yang melihat pentingnya peran mahasiswa dalam menyebarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam di lingkungan kampus dan masyarakat luas.
Salah satu tokoh penting dalam pembentukan IMM adalah Prof Dr Abdul Kahar Muzakkir, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Majelis Pendidikan dan Kebudayaan Muhammadiyah. Selain itu, dukungan juga datang dari Prof. Dr. Hamka, seorang ulama dan cendekiawan terkemuka, serta tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya.
Pertemuan pertama untuk membahas pembentukan IMM diadakan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang dihadiri oleh beberapa mahasiswa Muhammadiyah dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa organisasi ini akan diberi nama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan akan berfungsi sebagai wadah untuk mengembangkan potensi mahasiswa Muhammadiyah dalam bidang keagamaan, intelektual, dan sosial.
Pada awal pembentukannya, dikutip dari immakasassar.or.id, IMM menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar. Di dalam, ada tantangan untuk menyatukan visi dan misi dari berbagai kelompok mahasiswa Muhammadiyah yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. Di luar, IMM harus beradaptasi dengan dinamika politik dan sosial Indonesia pada saat itu, yang penuh dengan pergolakan dan perubahan.
Namun, berkat semangat dan dedikasi para pendirinya, IMM berhasil melewati tantangan-tantangan tersebut dan mulai membangun basis yang kuat di berbagai kampus. Kegiatan-kegiatan IMM pada awal berdirinya banyak berkisar pada diskusi-diskusi intelektual, kajian keislaman, dan aksi-aksi sosial. IMM juga aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik di tingkat lokal maupun nasional, dan menjalin hubungan dengan organisasi mahasiswa lainnya.
Seiring berjalannya waktu, IMM terus berkembang dan semakin mengukuhkan perannya sebagai organisasi mahasiswa yang berpengaruh di Indonesia. Dengan berbagai program dan kegiatan yang inovatif, IMM berhasil menarik minat banyak mahasiswa untuk bergabung dan berkontribusi dalam berbagai bidang. Hingga kini, IMM tetap konsisten dengan visinya untuk menciptakan mahasiswa yang memiliki integritas, pengetahuan, dan kepedulian sosial yang tinggi.