Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pembangunan rumah sakit di KEK Sanur akan melibatkan Mayo Clinic dari AS.
Hotel Indonesia Natour akan mengoperasikan hotel bintang 5 di KEK Sanur.
Pembangunan KEK Sanur membutuhkan dana hingga Rp 4,1 triliun.
JAKARTA – PT Hotel Indonesia Natour (HIN) berupaya menjaring investasi baru ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur di Bali. Proyek yang dibangun di Denpasar itu menjadi area bisnis terintegrasi perdana yang akan menonjolkan layanan kesehatan. Direktur Utama PT HIN, Christine Hutabarat, mengatakan safari promosi KEK Sanur sudah sampai ke Jepang, Korea, Dubai, serta beberapa negara lain di Benua Amerika dan Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Christine bercerita, dalam safari promosi itu, para calon investor menyoroti satu hal, “Soal potensi pasar yang bisa diserap KEK Sanur,” katanya kepada Tempo, kemarin. Adapun dalam rangkaian promosi, manajemen HIN menyampaikan aneka fasilitas dan kemudahan yang akan diberikan kepada investor. Misalnya, ihwal kemudahan praktik dokter dan tenaga medis asing di KEK Sanur. “Ada standardisasi yang ditetapkan untuk brand dan teknologi yang akan dibawa oleh investor.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga akhir tahun ini, manajemen HIN menargetkan pengembangan sejumlah fasilitas. Bila sesuai dengan rencana, HIN akan mengoperasikan hotel bintang 5 berkapasitas 470 kamar di KEK Sanur. Konstruksi Rumah Sakit Internasional Sanur, Bali, yang dibangun Indonesia Healthcare Corporation (IHC) dan Mayo Clinic pun diharapkan selesai pada waktu yang sama. Mayo Clinic merupakan organisasi nirlaba bidang kesehatan asal Amerika Serikat. Perusahaan juga mengembangkan gedung konvensi berkapasitas 5.000 orang, ethnomedicinal botanic garden, serta pusat usaha kecil dan menengah.
Dari informasi Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, lokasi pelesiran bertema kesehatan itu dikukuhkan lewat Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2022 pada pertengahan 2022. Proyek senilai Rp 10,2 triliun tersebut diusulkan PT Hotel Indonesia Natour, jaringan perhotelan pelat merah yang kini masuk dalam lingkaran holding PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Lebih dari 41,2 hektare area di kawasan tersebut memang merupakan bekas kompleks Hotel Grand Inna Bali Beach milik HIN.
Pekerja melakukan renovasi dan revitalisasi hotel Grand Inna Bali Beach yang masuk dalam proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, 3 Februari 2023. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Dalam cetak biru KEK Sanur, terdapat rencana pengembangan fasilitas kesehatan bertaraf internasional yang membutuhkan pendanaan hingga Rp 4,1 triliun. Ada juga rencana pemakaian Rp 3,7 triliun untuk kebutuhan lahan. Sedangkan sisa Rp 1,7 triliun dari total nilai proyek disiapkan untuk kelengkapan akomodasi dan infrastruktur publik. Pendanaan KEK Sanur pun masuk dalam usulan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 1,19 triliun yang diajukan pemerintah untuk InJourney. Terdapat Rp 143 miliar dari jumlah tersebut yang akan dipakai HIN untuk pembangunan proyek itu.
Wakil Ketua 1 Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK, Elen Setiadi, optimistis KEK Sanur bisa menarik pangsa pasien Indonesia yang sering memilih berobat ke luar negeri. “Targetnya bisa menyerap 4-8 persen masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri,” tuturnya kepada Tempo. Untuk memancing penyewa atau tenant baru, kata Elen, regulator mengandalkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Rumah Sakit di KEK.
Aturan tersebut melonggarkan sejumlah persyaratan umum tentang bisnis rumah sakit. Misalnya, soal perekrutan tenaga kesehatan berkebangsaan asing. Selain diminati Mayo Clinic, Elen menyebutkan, ada perusahaan asal Korea Selatan yang ikut mengembangkan layanan bedah plastik dan pusat geriatri di KEK Sanur. Dewan KEK pun menangkap potensi pengembangan fasilitas medis dari pemodal asal Australia, Turki, Singapura, dan Thailand.
Di sela peresmian KEK Sanur pada 2022, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sudah menargetkan penghematan devisa sebesar Rp 86 triliun hingga 2045 dari kawasan wisata medis ini. Selama ini, tak sedikit dana yang melayang ke luar negeri karena keterbatasan kualitas instansi medis lokal. "Harapannya, pasien yang pindah berobat ke KEK Sanur sebanyak 123-240 ribu orang,” ucap Airlangga saat itu. Presiden Joko Widodo pun pernah mengeluhkan soal potensi devisa yang hilang karena 2 juta warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri.
Kepala Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, berharap ongkos operasional fasilitas di kawasan ekonomi khusus, termasuk Sanur, tak jauh melampaui tarif di negara tetangga. Perbandingan harga tersebutlah yang akan menentukan minat investasi KEK ke depannya. “Meski ada insentif pajak, jangan sampai biaya operasional untuk berbisnis di (KEK) Malaysia atau Singapura lebih murah dari kita.
YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo