Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Anggur Campur Air

Bapepam akan menginternasionalisasikan pasar modal untuk mendapatkan devisa valuta asing. Bapepam akan menyeleksi ketat perusahaan yang dapat masuk dan melonggarkan persyaratan penjualan saham. (eb)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK mengatasi kelesuan pasar modal, ketua Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) Barli Halim mempunyai gagasan untuk "menginternasionalkan" pasar modal. "Beberapa negara berkembang, misalnya Korea Selatan dan Malaysia, sudah melakukannya," tutur Barli Halim, pekan lalu, menyambut sewindu pasar modal. Internasionalisasi itu dilihatnya sebagai salah satu cara tak langsung mendapatkan devisa valuta asing. Sebab, saham-saham perusahaan Indonesia nantinya dipusatkan pada satu trust, semacam PT Danareksa, yang akan menerbitkan sertifikat-sertifikat dalam nilai valuta asing. Terkaitnya saham-saham itu dalam nilai valuta asing diharapkannya juga akan mengatrol nilai saham di pasar modal dalam negeri. Namun, ia menegaskan pula bahwa tidak tertutup kemungkinan jatuhnya harga saham. Untuk itu, persyaratan perusahaan yang ingin menjual sahamnya diperlonggar. "Ibarat anggur campur air, tapi masih rasa anggur," tutur Barli. Sejauh ini, Bapepam melakukan seleksi ketat, antara lain perusahaan harus sehat dan memberikan dividen pada tahun pertama minimum 10%. Itu sebabnya, perusahaan-perusahaan yang lolos baru 24 buah, kendati Bank Dunia mengatakan bahwa dengan sekurang-kurangnya 100 perusahaan, pasar modal itu barulah bisa dibilang sehat. Bila jumlah saham terbatas, sedangkan nilainya hanya sekitar US$ 1 sampai US$ 12 per lembar, tentunya akan kurang menarik bagi pemilik modal besar dari luar negeri. Tapi bila seleksi perusahaan diperketat, investor akan lebih berhati-hati. Dalam keadaan seperti sekarang saja, perusahaan yang sudah diseleksi ketat oleh Bapepam belum menguntungkan. Keuntungan dari nilai saham tak kunjung tiba. Kendati kekayaan perusahaan naik, nilai saham merosot. Indeks saham rata-rata, pekan lalu, tercatat 66,25%. Harapan hanya ada dari dividen, tapi itu pun menyedihkan. Ada saham yang tak lagi memberikan dividen. Kalaupun ada dividen, setelah kena pajak, hitung-hitung penerimaannya, sejak 1977, tenggelam dalam inflasi. Tapi itu semua terjadi, memang, karena mulanya investor main tabrak saja sehingga nilai saham sudah overvalued. Dengan internasionalisasi, mungkin saja penilaian saham akan lebih wajar sehingga permainan di pasar modal lebih ramai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus