Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANDUNG — Managing Director Barry Callebaut Indonesia, Ciptadi Sukono, mengungkapkan bahwa mayoritas produk makanan dan minuman ringan di Indonesia menggunakan cokelat sebagai bahan bakunya. Setelah cokelat, bahan baku berikutnya yang mendominasi adalah keju di urutan kedua dan vanila di urutan ketiga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski mendominasi pasar, ucap dia, berdasarkan data Euromonitor yang dirilis pada Juli 2021, konsumsi cokelat masyarakat Indonesia ternyata tergolong rendah, yaitu hanya 0,3 kilogram per orang per tahun. Angka itu menempatkan Indonesia pada posisi keempat di dunia setelah Australia (5,1 kilogram), Singapura (1,1 kilogram), dan Malaysia (0,5 kilogram).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Masih terdapat ruang untuk pertumbuhan aplikasi dan konsumsi cokelat di Indonesia. Volume produksi cokelat juga akan meningkat 3-4 persen,” ucap Ciptadi, dalam acara kunjungan ke pabrik kakao dan cokelat milik Barry Callebaut di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis pekan lalu.
Dia menambahkan, Barry Callebaut sebagai produsen kakao dan cokelat global optimistis memandang pertumbuhan bisnis cokelat di Indonesia. Keyakinan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk investasi. Ciptadi berucap, sejak 2012, Grup Barry Callebaut telah berinvestasi senilai US$ 50 juta (sekitar Rp 747,7 miliar) di Indonesia.
Managing Director Barry Callebaut Indonesia, Ciptadi Sukono, di Barry Callebaut Chocolate Studio di Bandung, Jawa Barat. Dok. Barry Callebaut
Barry Callebaut Indonesia saat ini mempekerjakan lebih dari 700 pegawai atau sekitar 5,4 persen dari total pegawai Grup Barry Callebaut Internasional. Di Indonesia, Barry Callebaut mengoperasikan dua pabrik cokelat di Kabupaten Gresik, Jawa Timur; dan Kabupaten Sumedang; serta satu pabrik kakao di Kabupaten Bandung.
Ia mengklaim Barry Callebaut merupakan pemimpin pasar produk kakao di Indonesia dengan pangsa pasar 35 persen. Untuk menjaga kesinambungan dan kualitas kakao, selama dua tahun terakhir Barry Callebaut Indonesia telah membagikan penghargaan berupa premium fee senilai US$ 2 juta selama dua tahun terakhir kepada para petani untuk mengembangkan biji kakao berkualitas tinggi.
“Lahan kakaonya milik petani. Kami hanya membantu mendampingi agar mereka bisa menghasilkan cokelat yang berkualitas, berkesinambungan, dan menghargai lingkungan,” kata Ciptadi.
Dalam menyasar pasar, menurut Ciptadi, Barry Callebaut berpegang pada filosofi "cokelat untuk semua orang". Berbekal filosofi itu, Barry Callebaut berusaha menyasar semua segmen pasar. “Kami punya produk yang sangat high-end, tapi kami juga menjual produk compound untuk segmen menengah dan bawah,” Ciptadi menyebutkan.
Pekerja mengoperasikan mesin di pabrik kakao Barry Callebaut di Bandung, Jawa Barat. TEMPO/HO/Barry Callebaut
Kendati memiliki rentang segmen pasar dari rendah hingga tinggi, Ciptadi menegaskan bahwa Barry Callebaut Indonesia selalu berusaha menjaga kualitas cokelat sebaik mungkin di semua segmen demi mempertahankan filosofi “cokelat untuk semua orang”.
Finished Good Warehouse Manager Barry Callebaut Indonesia, Sigit Wahyu Kurniawan, menimpali, selain mendistribusikan produk cokelat dan kakao kepada industri konfeksioneri (kudapan), Barry Callebaut Indonesia mengekspor 400 ton produk kakao per hari ke 37 negara.
“Kebanyakan pasarnya di Asia-Pasifik, seperti Cina, Jepang, dan India. Dikirim menggunakan 20 truk setiap hari,” tutur Sigit.
JELITA MURNI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo