Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. atau PGN, Arcandra Tahar, menceritakan alur pembentukan harga BBM untuk sampai ke konsumen. Hal tersebut dimuat dalam salah satu unggahan di instagram resminya @arcandra.tahar pada Senin, 26 September 2022.
Arcandra menjelaskan minyak mentah yang diproduksi oleh perusahaan minyak dunia seperti Exxon, Shell, dan BP diperdagangkan lewat pasar energi oleh para trader. Bagi perusahaan minyak yang punya kilang, minyak mentah yang diproduksi ini bisa diolah sendiri untuk menghasilkan BBM.
"Namun demikian, kilang-kilang yang tidak punya minyak mentah akan memproduksi BBM dengan cara membeli minyak mentah dari pasar melalui trader atau mekanisme bisnis lain dengan produser,” tulisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selanjutnya, BBM yang sudah diproduksi oleh kilang akan diperdagangkan kembali oleh para trader melalui pasar energi. Di sini, terjadi tawar menawar antar trader terhadap BBM yang sudah mereka beli dari kilang untuk dijual kepada yang membutuhkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga BBM di titik ini disesuaikan oleh kesepakatan penjual dan pembeli. Jika penjual dan pembeli melakukan transaksi pada hari yang sama, kemudian BBM tersebut langsung dipindahtangankan, maka harga yang terjadi dinamakan dengan harga spot (spot price).
Tapi jika penjual dan pembeli bersepakat akan volume dan harga pada suatu hari ke depan, maka harga yang terjadi dinamakan dengan harga masa depan (future price).
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini lalu mencontohkan Singapura yang merupakan salah satu pasar energi di dunia. Di negara tersebut berkumpul para penjual dan pembeli yang bertransaksi setiap hari kerja mulai pukul 8.30 sampai 16.30. Sewaktu pasar ini ditutup, seluruh transaksi membentuk harga BBM pada hari itu.
Salah satu harga acuan BBM yang terbentuk di pasar Singapura adalah harga Mean of Platts Singapore (MOPS). Untuk sampai ke konsumen, masih diperlukan kapal pengangkut dari storage penjual ke storage pembeli untuk mendapatkan harga BBM.
Dari storage tersebut, BBM didistribusikan ke SPBU lewat pipa, kapal yang lebih kecil atau truk tangki. Di sini terjadi penambahan biaya sehingga harga di konsumen menjadi harga MOPS ditambahkan ongkos penyimpanan, ongkos pengangkutan, ongkos distribusi, pajak, margin badan usaha, dan lainnya.
Selanjutnya: Produksi BBM tak berbeda dengan memasak rendang.
Menurut Arcandra, produksi BBM juga tak berbeda dengan proses memasak rendang oleh sebuah restoran Padang. Bahan baku utama rendang adalah daging sapi atau kerbau yang harganya ditentukan oleh supply demand pada waktu tertentu.
"Pada saat hari raya Idul Adha, kebutuhan sapi akan meningkat sehingga harganya akan naik," tulis Arcandra. Tapi ongkos untuk membuat rendang, menurut dia, belum tentu akan naik pada saat itu.
Nah, perbedaan antara harga jual rendang dengan harga daging sapi dinamakan dengan dapur margin (seperti refinery margin). Dapur margin ini bisa jadi ditentukan oleh banyaknya permintaan rendang pada saat tertentu. "Misalnya acara wisuda yang memerlukan 10 ton rendang. Daging sapi tersedia, tapi rendangnya tidak cukup. Maka dapur margin untuk membuat rendang menjadi naik untuk memenuhi kebutuhan wisuda," ucap Arcandra.
Dalam 5 tahun terakhir, dapur margin untuk membuat rendang misalnya hanya Rp 100 ribu per kilogram dan kini naik menjadi Rp 300 ribu per kilogram. Ditambah lagi kalau pada saat yang bersamaan harga daging sapi juga ikut naik. Konsumen yang membutuhkan rendang tentunya akan semakin terbebani.
Begitu juga kondisinya ketika ada acara besar namun anggarannya terbatas dan harus menyediakan menu rendang setiap saat, maka membeli rendang yang siap santap mungkin akan mahal. "Agar fluktuasi harga rendang lebih terjamin, salah satu solusi yang tepat adalah membuat dapur sendiri yang tidak saja bisa membuat rendang, tapi juga bisa membuat masakan Padang yang lain.
Oleh karena itu, menurut Arcandra, dibutuhkan investasi dan kesabaran yang lebih agar bisa membuat dapur yang memberikan margin yang baik. Dalam konteks pemenuhan BBM, dengan refinery margin yang sangat tinggi pada tahun ini dan bisa jadi tahun-tahun yang akan datang, strategi yang teliti, cermat dan cerdas sangat dibutuhkan dalam masa transisi menuju net-zero emisi tahun 2050 atau 2060.
Membuat restoran Padang sendiri yang memungkinan produksi rendang, menurut dia, menjadi lebih efisien perlu untuk dipikirkan, direncanakan dan segera diwujudkan."Realitasnya dunia masih memerlukan energi fosil paling tidak hingga 30 tahun lagi. Namun demikian pengembangan energi terbarukan juga jangan sampai terabaikan," ucap Arcandra Tahar.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca: Jokowi Kesal Kekayaan Aspal di Buton Melimpah, tapi Malah Impor 5 Juta Ton per Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.