Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menceritakan bagaimana ia mampu menyelesaikan penulisan buku dalam kurun waktu dua bulan dengan bantuan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI). Hal ini ia sampaikan saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Politeknik Ketenagakerjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kesempatan itu, Yassierli membandingkan dengan kondisi di masa lampau ketika membutuhkan waktu hingga dua tahun untuk menyelesaikan penulisan satu buku. “Buku saya yang kelima, itu saya cuma butuh waktu dua bulan karena dibantu oleh Chat GPT,” ucap Yassierli ketika memberikan kuliah umum bertajuk “Adaptasi Kecerdasan Artifisial (Al)”, di Politeknik Ketenagakerjaan, Ciracas, Jakarta Timur, pada Senin, 10 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun ia menegaskan, fitur chatbot AI itu hanya dimanfaatkan untuk membantu proses memilah dan menguji gagasan yang akan dituangkan dalam bukunya. “Bukan berarti Chat GPT bilang apa, kemudian saya copy, enggak.”
Yassierli berujar, AI seperti Chat GPT ini hanya boleh digunakan untuk membantu pekerjaan. Misalnya, untuk menstrukturkan ide-ide. “Membantu kita untuk melihat, ada nggak yang lemah dari ide-ide, dia tetap membantu,” ujar dia.
Masyarakat termasuk mahasiswa, menurut Yassierli, bisa belajar banyak dengan Chat GPT. Namun dengan catatan, mereka harus memahami cara menggunakannya. “Berinteraksi dengan Chat GPT, atau DeepSeek sekarang ya, kemudian Meta, itu tergantung prompt kita."
Oleh sebab itu, Yassierli juga menyarankan, sebelum mengajukan pertanyaan pada Chat GPT, pengguna harus mengarahkan AI tersebut dengan memberikan data-data untuk dianalisis. Arahan ini, atau yang dikenal dengan sebutan prompt, merupakan serangkaian instruksi yang dapat membimbing AI menuju respons yang relevan.
Yassierli mencontohkan, ketika mahasiswa ingin mencari prospek pekerjaan yang sesuai dengan diri dan keahlian mereka masing-masing, maka mereka perlu menjabarkan sejumlah informasi sebagai prompt.
“Kasih atau feeding data dulu, ‘ini adalah potretnya, tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini, ini adalah ekonomi Indonesia seperti ini dalam lima tahun terakhir, saya adalah seseorang yang seperti ini, saya lulusan ini, bakat saya ini, keseharian saya seperti ini. Lalu, kira-kira ada nggak peluang-peluang yang pas untuk saya?’ Itu bisa dielaborasi,” tutur Yassierli menjelaskan cara kerja prompt AI.