Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dipasok LNG oleh Pertamina, PLN Hemat Rp 4 Triliun per Tahun

"Kami mengubah Opex dalam bentuk BBM menjadi gas sekitar Rp 16 triliun per tahun, menjadi Rp 12 triliun per tahun," ujar Dirut PLN Zulkifli Zaini.

28 Februari 2020 | 04.03 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (tengah), Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini (tengah kiri), Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati usai penandatanganan Head of Agreement (HoA) di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020.
Perbesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (tengah), Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini (tengah kiri), Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati usai penandatanganan Head of Agreement (HoA) di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Zulkifli Zaini menyatakan perusahaan yang dipimpinnya bakal menghemat ongkos produksi hingga Rp 4 triliun per tahun. Hal ini didapat setelah perusahaan setrum negara itu mendapat pasokan gas alam cair atau LNG dari PT Pertamina (Persero).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Kami mengubah yang tadinya Opex (Operational Expenses) dalam bentuk BBM, menjadi gas sekitar Rp 16 triliun per tahun, menjadi Rp 12 triliun per tahun," ujar Zulkifli, pada konferensi pers di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020. "Dari sisi kami, ada penghematan Rp 4 triliun."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pasokan LNG itu dimungkinkan setelah penandatanganan kesepakatan Head of Agreement (HoA) untuk penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur gas alam cair (LNG) untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN. Lewat kerja sama itu, PLN resmi melaksanakan gasifikasi pembangkit tenaga listrik dan pembelian LNG, serta mengkonversi dari penggunaan BBM jenis diesel menjadi LNG.

Melalui HoA tersebut, ditargetkan pembangkit listrik berbahan bakar diesel untuk dikonversi menjadi gas bumi dengan total kapasitas sekitar 1,7 Giga Watt di 52 lokasi.

Adapun Pembangunan infrastruktur LNG di 52 lokasi ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu dua tahun. Pada tahap pertama, konversi pembangkit listrik menjadi gas bumi ini akan dilakukan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Bali.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif yakin kerja sama ini akan menekan jumlah impor dan konsumsi BBM sekaligus meningkatkan efisiensi operasional PLN. "Selain penghematan biaya, juga memberikan dampak emisi yang lebih baik. Ini akan berkontribusi terhadap pengurangan emisi yang menjadi program kita di Paris Agreement," ucapnya.

Kerja sama ini merupakan bagian dari tindak lanjut dari keputusan payung hukum yang sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 13 K/13/MEM/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG dalam Penyediaan Tenaga Listrik.

Penandatanganan kerja sama itu dilatarbelakangi oleh kondisi neraca perdagangan minyak dan gas Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas migas defisit US$ 1,18 miliar pada Januari 2020.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebutkan bahwa kerja sama ini selain untuk meningkatkan bauran energi campuran, juga akan meningkatkan konsumsi gas domestik. "Gas domestik yang dihasilkan dari dalam negeri baru dikonsumsi sebesar 60 persen. Ini yang kemudian bisa menambah serapan gas domestik. Ini win-win. Bagi kami ada kepastian serapan, bagi industri gas menambah domestik market," tuturnya..

Sebelumnya Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 13K/13/MEM/2020 menugaskan Pertamina untuk melaksanakan penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG dalam penyediaan tenaga listrik oleh PLN pada setiap pembangkit listrik

Kepmen tersebut juga menugaskan PLN untuk melaksanakan kegiatan gasifikasi pembangkit tenaga listrik dan pembelian LNG dari Pertamina dalam rangka konversi penggunaan Diesel dengan LNG.

Selain itu, Pertamina wajib menyediakan harga gas hasil regasifikasi LNG di plant gate yang akan menghasilkan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik lebih rendah dibandingkan menggunakan Diesel.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus