Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Garuda Indonesia Butuh Pinjaman USD 200 Juta untuk Modal

Dana yang dibutuhkan Garuda Indonesia sebesar US$ 200 juta bisa bersumber dari bank atau pasar modal.

8 Desember 2017 | 21.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Pahala Mansyuri. swa.co.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia membutuhkan pinjaman untuk menambah belanja modal tahun depan sebesar US$ 200 juta. Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan target tersebut bisa bersumber dari pasar modal atau perbankan.

"Ada pinjaman, kalau dari rencana kami, bisa menyiapkan pendanaan tambahan melalui pasar modal dan pinjaman perbankan lain tahun depan lebih US$ 200 juta," kata Pahala saat meninjau Terminal 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat, 8 Desember 2017.

Dia menyebutkan kebutuhan belanja modal 2018 sekitar Rp 2-3 triliun untuk perawatan pesawat yang menjadi fokus perusahaan tahun depan. "Tidak ada penambahan signifikan untuk belanja modal tahun depan. Kami lebih kepada perawatan pesawat sekitar Rp 2-3 triliun. Kalau ini, bersumber dari kas sendiri," tuturnya.

Pasalnya, Garuda Indonesia hingga 2020 memutuskan menunda pembelian pesawat dan lebih memfokuskan pada meningkatkan ketergunaan pesawat. Pahala menargetkan ketergunaan pesawat dari yang saat ini 9 jam menjadi 11 jam.

Selain itu, pihaknya akan lebih mengoptimalkan pengoperasian pesawat ATR dan Bombardier CRJ 1.000. "Rencana kami menaikkan produksi double digit, dalam hal ini jumlah kursi dan kilometer, khususnya untuk ATR dan CRJ, didorong meningkat 30 persen sebagai pengumpan," katanya.

Pahala mengatakan hal itu juga dilakukan untuk mencapai target pendapatan sebesar US$ 3,2 miliar.

Adapun komposisi kontribusi pendapatan Garuda Indonesia tahun ini didominasi penerbangan domestik 52 persen dan internasional 47 persen. "Kami perlu melihat perbandingan anggaran sampai November dibandingkan tahun lalu sedikit lebih baik, perlu disikapi dan tidak ada penurunan," ucap Pahala.

Terkait dengan hasil dari penerbitan saham perdana (IPO), Pahala mengaku menambah ekuitas sampai US$ 800 juta. "Ini memberikan keamanan tambahan bagi para donor dari kami dan bank-bank yang memang membiayai kondisi ini," katanya.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus