Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklaim penjualan tiket penumpang perusahaan meningkat akibat online travel fair atau pameran tiket daring yang digelar pada akhir Maret lalu. Direktur Niaga dan Kargo Garuda Indonesia Mohammad Rizal Pahlevi Niaga Garuda mengatakan pertumbuhan penjualan telah mencapai 300 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bulan lalu kami melakukan GOTF, sales kami meningkat hingga 300 persen dari periode bulan yang sama. Kemudahan akses membuat mereka (penumpang) melakukan rencana perjalanan,” ujar Rizal dalam konferensi pers yang digelar secara virtual pada Senin, 26 April 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pameran perdana Garuda pada 2021, perseroan bekerja sama dengan PT Bank Central Asia atau BCA. Garuda menawarkan diskon tiket pesawat hingga 85 persen ke rute domestik dengan masa berlaku perjalanan satu tahun.
Rizal berujar, selama pandemi Covid-19, Garuda memiliki strategi mendorong penjualan tiket secara digital untuk meningkatkan pendapatan dari lini bisnis utama perusahaan melalui pelbagai penawaran. Lewat penjualan digital ini, maskapai mengklaim lebih mudah lebih mudah menjangkau pasar di segmen wisatawan hingga pebisnis.
“Kami ingin memanjakan customer garuda dengan kemudahan-kemudahan yang ada digital flight Garuda,” kata Rizal.
Garuda Indonesia masih mengejar pertumbuhan penjualan tiket penumpang melalui program-program serupa yang dilanjutkan pada awal kuartal II. Sepanjang April ini, perusahaan kembali menghelat pameran tiket daring dengan menggandeng PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Garuda menawarkan diskon lebih besar, yakni 86 persen, untuk rute destinasi domestik.
Maskapai pelat merah menanggung beban keuangan berlipat selama pandemi Covid-19. Di akhir kuartal III 2020 lalu, Garuda Indonesia menanggung kerugian hingga US$ 1,07 miliar atau sekitar Rp 15,2 triliun (kurs Rp 14.227 per dolar Amerika). Rugi bersih Garuda Indonesia berbanding terbalik dibandingkan catatan pada kuartal III 2019. Kala itu, emiten dengan kode GIAA tersebut meraup laba bersih US$ 122,42 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun.
Penyebab utama penurunan kinerja Garuda adalah anjloknya pendapatan dari penjualan tiket penerbangan berjadwal yang menjadi sumber utama perseroan. Kontribusi pendapatan dari penerbangan berjadwal pada kuartal III 2020 hanya US$ 917,28 juta atau Rp 13,69 triliun. Angka ini jauh di bawah perolehan kuartal III 2019 sebesar US$ 2,79 miliar.
Di saat yang sama, pendapatan perusahaan dari sektor penerbangan tidak berjadwal juga anjlok. Perusahaan hanya mampu mencetak pendapatan US$ 46,92 juta atau berbanding torehan dengan kuartal III 2019 senilai US$ 249,91 juta.