Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Greenpeace Desak Capres Dukung Transisi Ekonomi Hijau, Bisa Ciptakan 19,4 Juta Lapangan Kerja

Greenpeace Indonesia meminta ketiga calon presiden mendukung transisi ekonomi hijau. Apa sebabnya?

5 Februari 2024 | 17.34 WIB

Lahan Pengembangan Ekonomi Energi Hijau yang diprakarsai PLN, Pemprov Yogyakarta, dan warga sekitar, di Desa Gombang, Gunung Kidul, Yogyakarta, 24 Desember 2023. Selain menjadi sumber energi terbarukan, tanaman pada lahan ini dapat dimanfaatkan wara sebagai bahan pakan ternak dimusim kemarau dan mengatasi kelangkaan pakan. Tempo/Jati Mahatmaji
Perbesar
Lahan Pengembangan Ekonomi Energi Hijau yang diprakarsai PLN, Pemprov Yogyakarta, dan warga sekitar, di Desa Gombang, Gunung Kidul, Yogyakarta, 24 Desember 2023. Selain menjadi sumber energi terbarukan, tanaman pada lahan ini dapat dimanfaatkan wara sebagai bahan pakan ternak dimusim kemarau dan mengatasi kelangkaan pakan. Tempo/Jati Mahatmaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia meminta calon presiden atau capres mendukung transisi ekonomi hijau. Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, mengatakan isu transisi ekonomi hijau penting untuk dibicarakan sebab memiliki dampak panjang. Dia pun merujuk kepada krisis iklim atau climate crisis yang sedang terjadi di seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Kalau melihat transisi, ini bukan hanya urusan wilayah bisnis baru atau investment baru, tapi harus kembali pada bahwa ini adalah sebuah krisis yang harus kita respons," ujar Leonard dalam acara Diskusi Muda Menggugat dan Peluncuran Deklarasi Ekonomi Hijau Greenpeace Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta pada Senin, 5 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia melanjutkan, krisis tersebut harus direspons dengan pendekatan berbasis ilmu iklim. Menurut Leonard, hal ini lah yang luput dari pembicaraan, bahkan pada debat keempat calon wakil presiden yang mengusung tema lingkungan. 

"Kenapa kita harus coba jaga untuk bumi ini tidak lebih dari 1,5 derajat memanasnya? Karena kalau sudah lewat safety threshold itu, banyak hal yang irreversible, yang tidak bisa balik lagi. Kita menuju bencana iklim permanen," ungkap Leonard.

Kalau sudah begitu, kata dia, ada banyak sekali dampak. Leonard menyebut, suhu bumi sekarang sudah naik sekitar 1,2 derajat sejak zaman revolusi industri. 

"Tahun lalu dan diperkirakan tahun ini kembali menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan temperatur bumi, dan itu bukan anomali lagi karena sudah berturut-turut hampir selalu naik sejak 2016," tutur Leonard.

Sementara itu Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia, Rahka Susanto, mengatakan gagasan ekonomi hijau yang dikembangkan Greenpeace bukan hanya sekedar transisi energi kotor menjadi energi bersih. Tapi, juga menjawab permasalahan di masyarakat. Salah satu permasalahan berdasarkan survei Greenpeace Indonesia dan riset Greenpeace dan Celios adalah terbatasnya lapangan pekerjaan.

"Kalau kita bertransisi, ada sekitar 19,4 juta lapangan kerja baru yang bisa terbuka," tutur Rahka. 

Adapun serapan kerja terbesar berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Artinya, kata dia, anak-anak muda tidak perlu pindah ke kota-kota besar hanya untuk bekerja karena mereka bisa bekerja di kampung halaman sendiri. Dengan begitu, kesenjangan si kaya dan si miskin bisa menurun.

Menurut Rahka, Greenpeace Indonesia juga telah melakukan survey kepada generasi Z dan milenial. Hasilnya, mayoritas responden menganggap krisis iklim menjadi isu lingkungan yang penting. Adapun terbatasnya lapangan kerja juga menjadi isu sosial yang penting. 

"Yang menjadi pertanyaan, seberapa serius pembuat kebijakan kita mampu berkomitmen secara ambisius untuk emlakukan transisi ekonomi hijau?" beber Rahka. 

AMELIA RAHIMA SARI

 

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus