Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksmana Pertama I Made Wira Hady Arsanta Wardhana mengatakan proses pembongkaran pagar laut telah mencapai 13,9 kilometer. Pembongkaran dilakukan oleh TNI AL bersama lintas instansi dan masyarakat sejak Selasa lalu, 22 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wira menyampaikan bahwa pagar laut yang berhasil tercabut itu terdiri dari 3 titik, yaitu sepanjang 10,5 kilometer di Tanjung Pasir, 2,5 kilometer di Krojo, dan daerah Mauk 900 meter. Dengan demikian, masih tersisa sekitar 16,26 kilometer lagi pagar yang belum terbongkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekitar 450 personel tim gabungan yang terdiri dari TNI AL, Polairud, Bakamla dan masyarakat nelayan diterjunkan dan bahu-membahu membongkar pagar laut di 3 lokasi tersebut," kata Wira dalam keterangan resminya pada Sabtu, 25 Januari 2025.
Di hari kelima ini, Wira bercerita timnya sempat kesulitan membongkar pagar lantaran kondisi cuaca yang berangin dengan gelombang yang cukup tinggi. "Bambu yang tertancap sedalam 1,5-2,5 meter ditambah lagi dengan kedalaman air laut sekitar satu meter, sehingga membuat banyak kapal penarik kandas," ucap dia.
Untuk membongkar pagar laut, TNI AL mengerahkan 4 Kapal Angkatan Laut (KAL) atau Patroli Keamanan Laut (Patkamla), 6 sea rider, 13 perahu karet, 2 rigid bouyancy boat (RBB), 2 ridig inflatable boat (RIB), serta dibantu perahu milik nelayan. Tak hanya itu, TNI juga mengerahkan 450 personel, ditambah dengan nelayan sebanyak 30 orang, 7 Polisi Air (Polair), dan 6 dari Badan Keamanan Laut (Bakamla).
"Pembongkaran terus dimaksimalkan dan dipercepat guna membuka akses nelayan untuk melaut," tuturnya.
Wira optimistis pembongkaran ini akan kurang dari 10 hari. Para petugas mencabut bambu-bambu itu dengan manual. Caranya, personel di perahu akan melempar tambang ke sekitar pagar.
Ada regu khusus yang berenang dengan pelampung di leher mereka, terkatung-katung di tengah gelombang yang sedang pasang. Regu perenang ini lalu mengikat tali di deretan bambu. Selepas terikat kencang dan tersambung ke beberapa batang, speed boat akan menarik pagar bambu itu. Proses penarikan juga dibantu sukarelawan dari kalangan nelayan.
Hammam Izzuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini.